AKU 36

39.1K 2.7K 14
                                    

Vidia tengah duduk di tepi ranjang dengan mata menatap Edward yang sedang menutup matanya dengan tenang. Napasnya begitu teratur dan tenang membuat siapapun tidak akan menyangka apa yang baru saja laki-laki itu alami. Vidia meraih tangan Edward, menggenggamnya dengan lembut kemudian menghela napas panjang.

Di benaknya masih tergambar dengan jelas bagaimana khawatirnya wajah orangtua Edward saat dia, Adit, dan Aro membawa Edward pulang dengan keadaan tidak sadarkan diri. Dengan keadaan yang masih bingung Dito dan Rasti—orangtua Edward—mempersilahkan mereka masuk dan membawa Edward ke kamarnya. Adit sebagai pihak yang mengenal baik keluarga Edward dengan segera menjelaskan apa yang baru saja terjadi pada putra mereka, sedangkan dia dan Aro yang menggendong Edward membawa laki-laki itu ke kamar.

"Jangan masuk," ujar Aro ketika Vidia hendak masuk ke kamar Edward.

"Kenapa? Aku ingin akan membersihkan luka-lukanya."

Aro yang masih membawa Edward di belakang punggungnya justru mengangkat alisnya. "Jadi kamu mau membuka pakaiannya, lalu membersihkan badannya dan memakaikannya pakaian yang bersih?"

Wajah Vidia mendadak merah padam mendengar ucapan Aro. "Bu—bukan begitu. Mak—sudku ... Baiklah! Aku akan menunggu di sini!" Vidia memalingkan wajahnya, berusaha menyembunyikan wajahnya yang sekarang mungkin saja sudah semerah tomat.

Vidia menghela napas kembali dan menatap Edward. Dia lega semuanya berakhir dengan baik, walaupun tidak semuanya. Vidia khawatir dengan keadaan Jennie karena temannya itu tidak sadarkan diri. Vidia berharap semoga dia baik-baik saja. Dilihatnya jam dinding yang terpampang di salah satu sisi tembok kamar Edward. Jam lima pagi, itu artinya sudah dua jam sejak mereka tiba di rumah ini. Vidia menatap ke arah seberang tempat tidur Edward, di sana ada Min hoo, Lola, dan Sasuke yang melayang sambil menatap sedih ke arahnya dan Edward.

Sesekali dari lantai bawah dapat Vidia dengar suara orang bersautan. Bisa ditebak itu adalah suara Shawn, orangtua Edward, Adit, dan Aro—yang begitu selesai membersihkan Edward langsung keluar kamar dan membantu Adit menjelaskan segalanya pada orangtua laki-laki itu.

"Kurasa aku harus pulang dan memberitahu Dhirga keadaanmu saat ini, dia pasti khawatir dengan keadaanmu."

Vidia tersenyum ke arah Min Hoo kemudian mengangguk menyetujui apa yang hantu itu katakan.

"Lebih baik kalian pulang sekarang. Lola lo juga harus pulang, bawa Sasuke juga dan tolong jelasin semuanya pada kak Dhirga."

Lola dan Min hoo mengangguk mengerti dan menatap Vidia begitu dalam. Sedetik kemudian mereka berbalik dengan tangan masing-masing menggandeng tangan Sasuke.

"Sasuke, ayo pulang."

"Kak Vidia, aku pulang dulu, ya," ujar Sasuke kemudian hantu imut itu menghilang bersama Min hoo dan Lola.

"Gue yakin, Kak. Lo pasti baik-baik saja. Lo pasti ba—"

"Cklekk!!"

Ucapan Vidia tidak terselesaikan karena suara pintu yang tiba-tiba terbuka. Aro yang masih mengenakan setelan jas hijau-kuningnya melangkah masuk ke dalam kamar dan berjalan ke arah lemari besar milik Edward. Dia membuka lemari itu dan tangannya mulai bergerak mencari sesuatu. Beberapa saat kemudian Aro mengambil kaos polos berwarna hitam dan celana jins yang juga berwarna hitam.

"Aku akan ambil ini."

Aro menunjukkan pakaian yang baru ia ambil dari lemari padanya. Sedetik kemudian secara ajaib baju Aro yang tadinya berupa setelan jas hijau-kuning kini telah berubah dengan pakaian yang baru saja dia ambil dari lemari. Setelan jas yang dia kenakan tadi sudah terlipat rapi di tangannya.

AKUWhere stories live. Discover now