AKU 4

76K 4.5K 297
                                    


Hari ini adalah hari pertama di mana Vidia akan menjalani kegiatannya sebagai salah satu siswi yang bersekolah di SMA Pelita. Seperti pagi yang ia jalani sejak menjadi peserta MOS, gadis itu akan disambut Kartini di depan gerbang sekolah kemudian berlanjut dengan hantu itu yang selalu mengikutinya kemana pun ia pergi. Vidia bahkan sempat berpikir bahwa ia sekarang lebih dekat dengan Kartini ketimbang Lola yang sudah mengenalnya sejak lahir. Dalam hati ia berharap semoga kedua hantu itu akan selalu ada untuknya, walaupun sebenarnya mereka tidak seharusnya hidup di dunia yang salah.

"Vid, ayo cepetan jalannya. Gue mau nunjukin kelas lo," ujar Kartini dengan antusias, hantu itu tidak sabar menunjukkan kelas baru temannya itu. Bahkan, sangking tidak sabarnya setelah para guru menempelkan kertas yang berisi nama-nama murid tahun pertama di depan pintu kelas yang tersedia, hantu itu langsung mencari nama Vidia di setiap kelas yang pintunya tertempel kertas.

"Santai aja kali, Kar. Ini juga belom ada yang datang."

Vidia melihat ke sekeliling memastikan ucapannya benar, karena tadi waktu dia melewati tempat parkir belum ada satu pun kendaraan yang ada di sana.

"Ih ... jangan gitu, dong. Gue itu mau nyariin lo bangku."

"Gue bukan anak kelas satu SD yang perlu dicariin bangku ya sama orangtuanya." Kartini merengut mendengar ucapan Vidia, ia kan hanya ingin mencarikan bangku untuk temannya. Apa itu salah?

"Ini dimana kelas gue?"

Kartini mengarahkan telunjuknya ke arah kelas berada beberapa meter dari tempatnya berdiri. Tanpa menunggu lama, gadis itu berjalan ke arah kelas yang dimaksud Kartini dan mengecek kertas yang berada di depan pintu itu. Benar saja di kertas itu tertera namanya, ia langsung melenggang masuk diikuti Kartini dari belakang. Dilihatnya kelas masih kosong, sepertinya dia terlalu awal berangkat sekolah pagi ini.

"Duduk situ aja." Kartini menunjuk bangku yang berada paling depan.

"Gue nggak mau duduk di depan."

"Nggak apa-apa biar pinter. Lagian nggak di depan meja guru. Nggak masalah, kan?" Vidia menghela napas lalu sedetik kemudian berjalan ke arah bangku yang dimaksud Kartini.

"Gue mau cerita." Suara Kartini terdengar kembali sesaat setelah ia meletakkan tasnya di atas meja.

"Cerita apa?" Vidia merespon sekenanya.

"Tadi malem gue gelut sama hantu yang ada di kamar mandi guru." Kartini memulai ceritanya dengan semangat.

"Sok kecantikan deh dia. Masa katanya dia naksir sama Edward, padahal mukanya aja nggak karuan."

"Emang kenapa mukanya?"

"Mukanya itu gosong rambutnya juga berdiri macem orang baru kena listrik tegangan tinggi."

"Mungkin dia matinya kesetrum listrik atau mungkin dia kesambet petir," tebak Vidia, dalam pikirannya ia berusaha keras menggambarkan hantu itu dalam pikirannya karena ia belum pernah bertemu hantu itu.

"Mungkin iya, ta-" ucapan Kartini terhenti saat mendengar suara seseorang selain Vidia.

"Gue boleh nggak duduk sama lo?" Seorang perempuan cantik yang memiliki rambut panjang mengalihkan perhatiannya dari Kartini yang sejak tadi bercerita dengan heboh.

"Boleh." Vidia menjawab ramah, lalu mempersilahkan gadis yang belum ia ketahui namanya itu untuk duduk. Sedangkan dari arah pintu masuk ada Ara yang baru datang, ia memandang Vidia dengan sorot mata kecewa. Tadinya ia ingin duduk bersama Vidia, karena ia sudah terlanjur cocok dengan gadis cuek itu, tapi ternyata takdir berkata lain.

"Ya ... Vidia udah punya temen sebangku." Ara berjalan ke kelas dengan wajah cemberutnya, menandakan kalau ia kecewa. Di belakangnya ada beberapa anak yang masuk setelah memastikan nama mereka ada di depan kertas yang tertempel di depan kelas. Vidia mengamati Ara yang sedang berjalan ke arahnya, dia tadi memang sempat melihat nama Ara di kertas. Sungguh sebuah kebetulan ia bisa sekelas lagi dengan gadis itu.

AKUWhere stories live. Discover now