AKU 6

63.8K 3.9K 89
                                    

"Huh... Akhirnya tugas rumah gue selesai," ucap Vidia setelah akhirnya bisa menyelesaikan tugas matematika yang diberikan gurunya saat sekolah tadi.

Gadis berambut panjang itu kemudian segera membereskan bukunya yang berserakan di meja. Sebagian ada yang ia letakkan di rak buku, sebagian dimasukkannya ke dalam tas. Setelah selesai dengan acara bersih-bersih meja Vidia berbalik dan menatap Lola yang melayang di balkon sambil menggumamkan sebuah lagu yang tak dimengertinya. Mungkin itu adalah salah satu lagu jadul yang bahkan Vidia tak tahu eksistensinya.

"Lola, ikut gue, yuk!"

"Kemana?" Lola mendekat ke arah meja belajar, sebenarnya tanpa ditanya pun Lola pasti akan mengikuti Vidia kemanapun.

"Minimarket depan komplek. Gue mau beli vitamin, lemes gue abis berhadapan sama si vampir tadi."

Vidia mengungkit kejadian tadi sore yang berpotensi membuat dirinya terlibat di dunia vampir. Wajahnya langsung cemberut ketika mengingat kejadian tadi sore. Benar-benar hari yang sial, batin gadis itu.

"Yaudahlah ayo. Ganti baju dulu, gih. Jangan pake celana pendek gitu, nanti pak satpam yang jaga jadi napsu."

Vidia mengangguk, lalu sedetik kemudian dia berdiri dan pergi ke kamar mandi untuk mengganti celana dengan yang lebih panjang. Ngomong-ngomong Vidia tidak terbiasa berganti baju di depan hantu. Beberapa menit setelah Vidia masuk ke kamar mandi, pintu itu terbuka lagi. Menampilkan Vidia yang sudah memakai celana sesuai yang Lola pinta.

"Ayo." Vidia memberi aba-aba lalu dua gadis beda dimensi itu pergi ke luar kamar dan mencari Mirna untuk meminta izin.

"Nek, aku ke minimarket dulu, ya?" izin Vidia pada neneknya yang sedang menonton TV di ruang tengah.

Sekilas ia melirik ke arah TV, neneknya sedang menonton sinetron yang menceritakan anak muda keren dengan motor gedenya. Katanya sih sinetron ini sedang banyak digandrungi anak muda, walau pun sebenarnya Vidia tidak begitu tahu tentang itu.

"Sendirian?"

Vidia mengangguk, tidak mungkin 'kan mengatakan pada nenek kalau ia pergi bersama Lola, si hantu yang wujudnya tidak jauh beda dengan mbak Kunti. Yah... Sebenarnya Lola bukanlah hantu berwujud menyeramkan yang kerap kali muncul di film horor. Hantu perempuan itu memiliki wajah khas gadis Jawa yang kalem, tapi yang membuat dia seram adalah jubah putihnya yang menjuntai hingga menutupi kakinya, ditambah lagi ada jejak darah di sekitar dada kiri hantu itu. Mirip mbak Kunti, kan?

"Kalau begitu hati-hati. Habis beli nanti langsung pulang, ya." ucap Nenek menasihati, Vidia mengangguk sebagai jawaban kemudian berjalan ke arah pintu depan bersama Lola dan berjalan santai menuju minimarket.

Di jalan menuju minimarket Lola menyapa dan sesekali tebar pesona kepada setiap hantu yang ditemuinya. Dari hantu zaman kerajaan yang masih memakai kain yang dililitkan di tubuh—biasa orang jawa menyebutnya sebagai kemben, hantu dari masa kolonial Belanda yang mempunya paras tampan khas pria Eropa, hantu yang memakai gaun khas putri dari kerajaan dongeng, sampai hantu yang bergaya layaknya anak gaul zaman sekarang, semua disapa Lola.

"Halo mas-mas jawa yang pake blankon."

"Halo Kunti ... masih betah aja nongkrong di atas pohon."

"Halo ... nona-nona belanda yang kece dan cantik, tapi pastinya Lola lebih kece dan cantik dari kalian."

AKUOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz