AKU 26

39.5K 2.7K 144
                                    


Langkah Vidia langsung terarah ke dapur begitu sampai di rumah. Cuaca sedang sangat panas ditambah lagi gadis itu baru saja berjalan jauh karena ulah Aro. Saat sampai di dapur di sana sudah ada nenek dan asisten rumah tangga mereka yang sedang memasak untuk makan malam. Vidia tadi sempat mengintip menu yang dua wanita itu masak dan langsung tersenyum saat tahu itu adalah menu favoritnya. Ia jadi bersyukur karena tadi tidak ikut makan ramen bersama Aro.

"Vidia, kok baru pulang?" tanya Mirna pada cucu perempuannya. Wanita tua itu menatapnya sebentar kemudian kembali menatap panci dan membumbuinya.

"Tadi habis jalan-jalan dulu, Nek. Aku udah izin kok sama Kak Dhirga."

Setelah menandaskan segelas air Vidia mendekat ke arah Mirna dan mencium tangan neneknya. Setelahnya gadis itu juga tersenyum kepada asisten rumah tangganya yang kemudian di balas dengan hal yang serupa. Vidia kembali menatap masakan yang masih berada di atas panas api kompor. Beberapa makanan sudah selesai tapi beberapa yang lain juga belum.

"Aku bantuin ya, Nek."

Mirna menatap ke arahnya kemudian menggeleng sembari tersenyum. "Nggak usah. Lagian ini udah sore dan kamu pasti capek. Kamu mandi sana."

Gadis itu menurut kemudian hendak berbalik meninggalkan dapur.

"Tunggu, tunggu, Nenek mau tanya sesuatu sama kamu dulu."

Mendengar suara neneknya tentu membuat Vidia urung berbalik. Matanya menatap Mirna dengan penuh tanya dan dibalas Mirna dengan menyerahkan masakan pada asisten rumah tangga mereka kemudian menarik tangannya ke luar dari dapur. Wanita itu kemudian mengajaknya duduk di ruang tangga di mana ruangan itu tidak jauh dari tangga menuju lantai dua.

"Ada apa, Nek? Kok panik gitu?"

Nenek tidak langsung menjawab dan lebih dulu menoleh ke kanan dan ke kiri seakan memastikan keadaan benar-benar aman. "Soal kakak kamu."

"Kak Dhirga? Kenapa sama kak Dhirga?"

"Dia kok bisa mendadak sembuh gitu? Kemarin paginya 'kan dia masih sakit sampai nggak bisa jalan. Kok malemnya mendadak sehat gitu, ya?"

Vidia diam, tidak tahu harus menjawab apa. Tidak mungkin bukan ia mengatakan pada neneknya kejadian yang sebenarnya. Bisa-bisa nenek pingsan duluan sebelum ceritanya selesai. Pada awalnya Vidia sempat berpikir keras untuk menemukan alasan yang masuk akan sebab kakaknya bisa sembuh mendadak. Walau begitu pada akhirnya hal itu sia-sia dan Vidia memutuskan memberikan jawaban aman.

Pura-pura nego.

"Aku nggak tahu, Nek."

"Tapi kamu setuju 'kan kalau sembuhnya kakak kamu itu aneh? Mungkin aja waktu itu kakak kamu kena guna-guna, terus-"

Sebelum nenek mulai membahas hal yang tidak-tidak Vidia segera meraih tangan wanita tua itu. "Nggak mungkin kak Dhirga kena kayak gitu, Nek. Semuanya terjadi karena memang kak Dhirga udah waktunya buat sembuh."

Awalnya Mirna tidak percaya tapi pada akhirnya memutuskan untuk percaya. "Mungkin memang kayak gitu."

"Kalau gitu aku ke atas dulu, Nek. Nanti setelah makan malam aku bakal bantu beres-beres dan cuci piring."

Mirna tersenyum kemudian membiarkan cuci perempuannya itu bangkit dari sofa dan menaiki anak tangga. Sedikit Vidia merasa bersyukur karena neneknya memutuskan untuk percaya begitu saja. Semoga saja nantinya ia tidak akan dihukum karena sedikit berbohong pada neneknya.

Saat Vidia akan membuka pintu kamarnya, kepala gadis itu menengok ke kamar Dhirga. Laki-laki itu belum bisa mulai bekerja karena masih dilarang nenek mereka untuk beraktivitas. Namun seperti yang sudah Vidia tebak, kakak laki-lakinya itu pergi ke kantor saat neneknya ke pasar dan mengambil beberapa berkas untuk ia kerjakan di rumah. Vidia urung membuka pintu kamarnya dan berjalan ke arah kamar Dhirga, dari balik pintu ia bisa mendengar kalau kakaknya sedang berbicara dengan seseorang.

AKUDove le storie prendono vita. Scoprilo ora