AKU 39

41.6K 2.8K 80
                                    

Sudah lebih dari dua pekan sejak Edward sadar dari tidur panjangnya. Kehidupan laki-laki itu kini berbeda dengan sebelumnya. Salah satu faktor yang membuatnya berbeda adalah laki-laki itu kini bisa melihat hantu. Butuh waktu yang cukup lama untuk membiasakan diri saat melihat hantu-hantu yang ada di sekitarnya. Terutama saat ada di sekolah, beberapa hantu di sana memiliki rupa yang tidak sedap dipandang mata. Membuat siapapun yang melihat mereka bergidik ngeri.

Edward juga bersyukur karena kakaknya Niall atau ... apakah dia harus menyebutnya Shawn mendes? Entahlah, yang jelas hantu itu adalah kakaknya dan Edward bersyukur dia sudah berada di tempat yang seharusnya. Dia lega semuanya berakhir dengan baik.

Namun, akhir yang baik belum menghampiri Leo sepenuhnya. Perempuan yang dicintai sahabatnya itu, yang bernama Jennie—yang mana ternyata dia adalah werewolf—belum sadarkan diri hingga saat ini.

"Dia pasti bangun." Adit yang duduk di sebelah Leo menepuk pundak laki-laki itu.

Leo tersenyum pahit lalu mengangguk. "Gue percaya itu, lagi pula ini hukuman buat gue."

Edward tersenyum getir melihat sahabatnya yang terlihat rapuh. Dia berharap semuanya juga berakhir baik untuk Leo, untuk mereka semua.

"Ngomong-ngomong di rumah lo ada minuman buat manusia nggak? Atau lo cuma punya darah? Haus nih gue." Adit mengelus tenggorokannya dengan memasang tampang memelas, berusaha menunjukkan betapa hausnya dia.

"Ada, bentar gue ambilin. Lo mau apa?"

"Jus aja deh, yang dingin, ya."

"Gue juga."

Leo tersenyum lalu dia beranjak dari duduknya dan meninggalkan ruang tamu.

"Ara sama Vidia betah amat ya di kamar Jennie, padahal itu cewek 'kan belum sadar." Adit menatap tangga yang menghubungkan lantai dasar dan lantai dua. Melihat ke arah sebuah pintu yang merupakan kamar Leo, tempat dimana Ara dan Vidia berada.

"Namanya juga jenguk temen, Dit. Ngomong-ngomong tumben lo mau boncengin cewek." Edward mengangkat kedua alis beberapakali berniat menggoda Adit.

Adit berdecak. "Gue juga nggak mau kali kalo tujuannya nggak sama ke rumah Leo. Lagi pula dia bukan cewek pertama yang gue bonceng."

Edward melotot tidak percaya. "Serius? Lo pernah boncengin cewek sebelum Ara?"

Adit mengangguk dengan senyum tersungging di bibirnya. " Iya, dan lo tahu siapa cewek pertama yang gue bonceng?"

"Siapa?"

Adit tertawa menggoda, membuat Edward semakin penasaran. "Yakin lo mau tahu?"

"Iyalah, siapa sih emangnya?"

"Vidia."

"APA!!"

Edward dibuat melotot mendengar jawaban Adit. Laki-laki itu bahkan berdiri dari duduknya saking tidak percayanya. Melihat ekspresi Edward membuat Adit tertawa terpingkal-pingkal.

"Lo ngapain sih! Teriak-teriak nggak jelas." Leo yang baru datang dengan nampan berisi dua gelas jus jeruk mengernyit heran melihat Adit yang tertawa begitu kencang.

"Nggak ada apa-apa, bawa sini minuman gue."

Leo menyodorkan gelas milik Adit dengan wajah yang nasih bingung. Namun, dia memutuskan tidak bertanya, lagi pula dia yakin apa yang dibicarakan dua sahabatnya adalah sesuatu yang tidak penting.

***

"Kak, belok."

Edward mengernyit bingung saat Vidia memintanya untuk berbelok ke sebuah rumah kosong yang ada di ujung komplek perumahan mereka. Namun, tak urung dia menuruti ucapan perempuan yang duduk di jok belakang motornya.

AKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang