AKU 13

49.2K 3.3K 160
                                    


Vidia sedang berdiri di depan kaca untuk melihat penampilannya saat ini. Baiklah, ini mungkin berlebihan, tapi sekarang ia benar-benar gugup. Vidia akan pergi ke perkumpulan para indigo, dan itu membuatnya gugup. Entah karena apa.

"Udah rapi, lah." Vidia tersenyum puas melihat penampilannya saat ini.

"Lo beneran mau ikut perkumpulan itu?" Lola yang ada sedang duduk di tepi ranjangnya berbicara. Matanya menatap menilai penampilan Vidia.

"Hm...."

"Ikut, ya?"

"Hm ...."

Entah kenapa mendengar jawaban itu Lola jadi jengkel.

"Jangan hm doang!!" Lola cemberut dan tangannya kemudian terlipat di depan dada.

Vidia menatap malas hantu itu dan memutar bola matanya ke atas. Ia tadi hanya menjawab pertanyaan Lola seadanya, kenapa hantu itu jadi sensi sendiri? Seharusnya di sini yang pantas untuk cemberut itu dirinya. Tadi pagi secara bar-bar Lola membawa hantu asing yang tentu saja berparas tampan—bukan apa-apa sih, tapi Lola itu paling anti pada hantu berupa burik. Tujuan Loka adalah untuk meminta izin pada Vidia agar membiarkan hantu itu tinggal di rumah. Tentu saja hal itu kontan Vidia tolak mentah-mentah.

Rumahnya bukan tempat penampungan hantu terlantar!!

"Iya lo boleh ikut. Ayo buruan berangkat, entar telat."

Vidia mengambil tasnya kemudian berjalan keluar kamar diikuti Lola yang ada di belakangnya. Ketika ia turun ke bawah, di ruang tengah ada neneknya. Wanita tua itu sedang sibuk menonton TV yang menampilkan salah satu serial india yang tidak Vidia ketahui apa judulnya, yang jelas adegan yang terpampang adalah dua orang yang sedang beradu argumen di sebuah ruangan dengan banyak orang yang mengelilinginya. Entah mereka membicarakan apa.

"Nek, aku berangkat, ya." Vidia mencium tangan Neneknya yang masih sibuk melihat TV, mata wanita tua itu terlihat berkaca-kaca.

"Pulangnya jangan malam-malam, ya." Mata Nenek masih fokus ke arah TV sembari tangannya tersodor ke arahnya.

"Iya, yaudah aku berangkat." Vidia berbalik lalu melangkah keluar ruang tengah.

"Hati-hati, ya." Nenek berujar sebelum cucunya benar-benar melangkahkan kakinya keluar dari ruang tengah.

***

Vidia dan Lola sedang menuju jalan besar. Dua perempuan cantik beda dunia itu sedang asyik dengan pikirannya masing-masing, sesekali tampak Lola menanggapi sapaan dari beberapa hantu hingga akhirnya Lola memecahkan keheningan diantara mereka berdua.

"Naik apaan?"

Vidia menoleh ke arahnya lalu sedetik setelahnya kembali fokus memperhatikan langkahnya. "Bus."

"Nggak ada yang lebih elit apa? Taksi kek, lo kan kaya." Lola melayangkan protes.

Gadis di sebelahnya ini benar-benar tidak pandai menghambur-hamburkan uang. Di sekolah saja ia hanya membeli roti dan air mineral—hal ini ia ketahui dari Kartini saat hantu itu menginap di rumah Vidia setelah menjenguk Ara di rumah sakit. Di mana Lola sangat tidak habis pikir dengan kelakuan Vidia yang bertingkah layaknya korban banjir yang dalam keadaan serba kekurangan.

"Lo protes, jangan ikut. Lagian kan nggak ngaruh juga ke lo-nya, mau naik taksi kek, bus kek, mobil mewah kek. Nggak ngaruh sama lo, kan lo hantu."

Lola cemberut mendengar ucapan Vidia, padahal ia hanya ingin gadis itu bersenang-senang. Kalau saja Lola masih hidup dan mempunyai keluarga yang berkecukupan seperti Vidia, sudah bisa dipastikan ia akan menjadi siswi terkece di sekolah atau bahkan seluruh Nusantara.

AKUWhere stories live. Discover now