AKU 28

38.7K 2.7K 41
                                    


"Kita mau kemana, Kakak?"

Sasuke bertanya pada Vidia yang berlari dengan cepat di samping dirinya yang sedang melayang. Beberapa kali kaki gadis itu tersandung sesuatu walau tidak sampai terjatuh, akan tetapi gadis itu tidak memedulikan hal itu sama sekali. Vidia terus berlari hingga beberapa kali ada beberapa orang yang melihatnya dengan terheran-heran.

"Kita harus ke rumah kak Edward, gue nggak akan biarin dia mati," ujar Vidia dengan sungguh-sungguh sambil tetap berlari.

"Emang Kakak tahu rumahnya?" Vidia tidak menoleh ke arah Sasuke namun mengangguk untuk merespon.

"Terus kalo udah ketemu Kakak mau ngomong apa?"

Langkah Vidia terhenti seketika begitu mendengar ucapan Sasuke. Matanya memandang hantu berwajah lucu itu. Hantu di hadapannya itu membalas dengan tatapan bingung yang tampak menggemaskan dimatanya. Vidia kemudian menatap langit yang ada di atas kepalanya, seakan dengan melihat langit ia dapat menemukan apa yang ia butuhkan saat ini.

"Gue ngomong apa, ya? Masa tiba-tiba gue ngomong nggak boleh mengorbankan diri buat si vampir?"

Vidia kembali menatap Sasuke, diam-diam di dalam hati merasa bersyukur karena keadaan jalan sedang sepi. Gadis itu jadi tidak perlu repot-repot mendapat tatapan orang yang memandangnya aneh karena berbicara dengan udara kosong.

"Atau gue ngomong aja nggak boleh temenan sama si vampir?"

Sasuke tidak merespon, namun tetap memperhatikan Vidia sepenuhnya. Vidia sendiri tampak menggeleng-gelengkan kepalanya seakan tidak setuju dengan ucapannya sendiri. Vidia hendak mengatakan sesuatu dan ia sudah membuka mulutnya, namun tiba-tiba ada sebuah motor yang berhenti di depannya. Sedetik kemudian orang yang mengendarai motor itu membuka helmnya dan itu sukses membuat Vidia membelalakkan matanya kaget.

"Vidia, ngapain di sini? Nggak dijemput sama supir lo?"

Baru aja diomongin, semoga aja sih kak Edward panjang umur.

"Mau pulang, Kak," jawab Vidia agak gugup.

"Bareng gue aja." Edward mencoba menawarkan tumpangan, semoga saja dia tidak ditolak. Pasalnya dari kejauhan ia sudah benar-benar menyiapkan diri untuk itu.

"Udah, Kakak bareng aja. Dari pada lari-larian kayak lomba lari," ucap Sasuke yang tentunya hanya bisa di dengar Vidia.

Vidia masih bergeming di tempatnya. Bingung harus melakukan apa sekarang. Gadis itu tadi akan ke rumah Edward dan berniat untuk menggagalkan rencana kakak kelasnya itu untuk mengorbankan dirinya demi si vampir. Tapi sekarang Edward ada di depannya, apa yang sebaiknya harus ia lakukan? Siapapun tolong Vidia sekarang juga.

"Tenang aja, gue nggak maksa lo buat jawab sekarang." Suara Edward membuat Vidia tersadar dari lamunan sejenaknya, ia menatap kakak kelasnya.

"Iya, deh," ujar Vidia lalu naik ke atas motor.

Perjalanan ke rumah Vidia diwarnai keheningan. Tidak ada suara yang terdengar selain suara motor dan juga klakson yang beberapa kali berbunyi, baik dari motor Edward ataupun kendaraan lain. Vidia sendiri sibuk dengan berbagai macam hal yang terus berputar di otaknya. Tadi setelah Vidia menaiki motor, Sasuke langsung melayang dengan cepat menuju rumahnya. Hantu itu ingin membuktikan kalau kecepatannya melayang dapat menyaingi kecepatan motor besar milik Edward.

Lima belas menit kemudian motor Edward berhenti tepat di depan rumah Vidia. Di depan pintu rumah tampak Dhirga tadinya berdiri di depan pintu berjalan mendekat ke arahnya ketika ia baru saja melepaskan helm.

"Loh, kok lo nggak sama si hitam, sih?" tanya Dhirga sembari menuntun Vidia turun dari motor Edward.

"Nggak ada si hitamnya, ada job kali," jawab Vidia asal sambil tangannya memberikan helm kepada Edward.

AKUWhere stories live. Discover now