AKU 14

47.8K 3.3K 21
                                    


Setelah pertemuan dengan teman-teman barunya yang berlangsung dengan menyenangkan, Vidia tidak langsung pulang ke rumah. Gadis itu berniat menjenguk Ara ke rumah sakit karena ingin bertemu dan bicara banyak dengan temannya itu. Ia sempat menghubungi Jennie untuk mengajaknya menjenguk Ara, tapi gadis itu langsung minta maaf karena sedang ada urusan dan tidak bisa ikut menjenguk Ara.

Awalnya, Vidia berniat untuk naik angkutan umum saat akan berangkat ke rumah sakit, tapi niat itu tidak bisa terlaksana saat ia tak sengaja bertemu Adit ketika berjalan di trotoar. Laki-laki berkacamata itu dengan baik hatinya menawarkan tumpangan padanya. Vidia menolak pada awalnya, tapi akhirnya ia terduduk di jok belakang motor laki-laki itu.

"Makasih, Kak."

Vidia melepaskan helmnya dan turun dari motor setelah mereka sampai di depan rumah sakit. Dari kejauhan ia melihat Lola yang mendekat ke arahnya—teman hantunya itu terpaksa harus melayang dari kafe ke rumah sakit karena sudah tidak ada tempat di motor milik Adit untuk dududukinya.

"Sama-sama." Adit tersenyum simpul lalu menerima helm yang disodorkan Vidia padanya.

Setelah berbasa-basi sebentar dan memastikan Lola sudah sampai di sampingnya Vidia hendak pamit kepada Adit. Kakak kelasnya itu mengangguk, tapi baru beberapa langkah setelah ia dan Lola berbalik Adit kembali memanggil.

"Vidia."

Reflek Vidia menoleh kembali ke arah Adit. Matanya menatap penuh tanya dengan kaki yang kembali melangkah mendekat. Lola dengan setia mengikutinya dengan melayang di belakangnya tanpa banyak protes seperti biasanya.

"Apa ... kemarin Leo dateng ke rumah lo?"

Vidia mengerutkan keningnya tidak mengerti. Kenapa kakak kelasnya itu bisa tahu? Apa jangan-jangan Adit mempunyai kemampuan untuk melihat apa yang terjadi dari jarak jauh? Atau mungkin dia bisa melihat masa lalu?

"Iya, emang kenapa?"

Tanpa Vidia duga Adit melotot mendengar jawabannya. Ada binar kekecewaan dan kekhawatiran yang mendadak muncul di wajah itu. Laki-laki itu membuka mulutnya namun kemudian tertutup lagi—seperti bingung hendak mengatakan apa. Namun, itu tidak lama karena beberapa detik setelahnya Adit menatapnya dengan penuh selidik dan kesungguhan. Merasa ada yang aneh entah kenapa Vidia reflek memundurkan kakinya satu langkah.

"Lebih baik lo menjauh dari dia, sebelum lo terlibat lebih jauh lagi." Adit memperingatkan.

Vidia diam, tampak sedang memikirkan sesuatu. Gadis itu memang belum tahu harus membantu Leo dalam hal apa, tapi dia sudah terlanjur berjanji. Sebuah kesadaran kemudian mendadak menghantam kepalanya, membuat Vidia secara abstrak membuat teori singkat tentang kejadian yang beberapa waktu ini terjadi dan juga hubungan anatara Leo dan Adit sebagai teman sekelas—yang mana Adit jelas-jelas tahu kalau Leo adalah seorang vampir

"Jangan-jangan lo tahu gimana cara masuk ke dunia malaikat?" tebak Vidia lalu dengan seksama ia memperhatikan ekspresi Adit.

Sesuai dengan kecurigaannya tadi. Adit melotot mendengar pertanyaannya dan langsung mengalihkan pandangannya ke jalan raya yang sedang ramai-ramainya.

"Ekspresi lo udah nunjukin semuanya."

Tatapan Vidia berubah menjadi datar, sedangkan Adit justru tampak semakin gugup dan memperjelas jawaban bahkan tanpa menjawab perkataan gadis itu. Seharusnya ia bisa bersikap sedikit tegas pada adik kelasnya itu, bukan malah begini jadinya. Adit menghela napas, ternyata semudah itu adik kelasnya ini dapat menebaknya. Laki-laki itu  bergerak meminggirkan motornya kemudian turun dan berjalan mendekati Vidia dan Lola yang sedaritadi diam.

"Gue memang tahu sesuatu." Adit mengawali.

"Gue akan kasih tahu. Kunci bagi para makhluk mortal untuk masuk ke dunia malaikat tanpa bantuan malaikat cuma ada satu." Vidia dan Lola masih tampak diam, beberapa orang melewati mereka dan melihat ke arah mereka berdua—karena Lola nggak kelihatan—sekilas lalu berlalu begitu saja.

AKUWhere stories live. Discover now