AKU 7

62.3K 3.9K 136
                                    


Edward baru saja membuka helmnya ketika baru saja selesai memarkirkan motornya. Matanya melihat ke sekeliling dan belum banyak siswa yang datang ke sekolah. Laki-laki itu hanya melihat empat motor lain terparkir tidak jauh dari motornya. Hari ini ia berangkat terlalu pagi.

Edward kemudian turun dari motornya dan memutuskan pergi ke ruang OSIS, ada beberapa hal yang harus diperiksanya di sana. Maka dengan langkah kaki yang ringan Edward berjalan sambil memasukkan sebelah tangannya ke kantung celana. Matanya sesekali menangkap beberapa murid yang baru datang.

"Pas sabtu kemaren gue udah tanya ke Kak Edward. Eh ... dia jawabnya nggak santuy." Langkah kaki Edward terhenti di taman sekolah saat ia mendengar namanya di sebut, laki-laki itu menoleh dengan ragu-ragu, lalu kemudian matanya menangkap sosok Vidia yang sedang berbicara dengan udara kosong.

........

"Tapi, dari situ gue tahu kalau kakaknya itu udah meninggal lima tahun lalu dan menurut gue kemungkinan lo itu kakaknya kak Edward." Edward memutuskan bersembunyi di balik tembok tidak jauh dari tempat Vidia berada, ia semakin penasaran karena gadis itu menyinggung kejadian beberapa hari yang lalu.

........

"Sabar, ya. Gue tahu lo udah bosen jadi arwah penasaran." Dilihat dari jauh Vidia tampak memasang wajah kasian, matanya juga tampak berkaca-kaca.

......

"Maksud lo gue beri tahu dia kalau lo meninggalnya pakai seragam SMA Pelita dan jaket kulit warna coklat."

.....

"Nggak, ah! Nanti dia sensi lagi. Lo minta bantuan aja sama—"

Brukk!!

Vidia tidak meneruskan ucapannya, kepalanya menoleh pada satu titik yang baru saja menimbulkan kegaduhan. Ternyata suara itu disebabkan satu biji mangga matang jatuh ke rerumputan. Dengan cepat Vidia segera mendekat dan mengambil mangga yang jatuh di dekatnya.

"Cailah ... lucky banget gue." Vidia terlihat makin girang saat mendapati buah mangga matang yang ia temukan dalam keadaan mulus tanpa cedera yang berarti.

"Vidia itu 'kan punya sekolah. Jangan diambil." Shawn mencoba memperingati tatkala ia melihat gerak-gerik Vidia yang akan memasukkan buah itu ke dalam tas.

"Entar lo dimarahin Markonah." Kartini melanjutkan ucapan Shawn, hantu perempuan itu sudah celingukan ke kanan, ke kiri, dan ke atas khawatir hantu yang namanya baru ia sebut datang.

"Eh! Bocah taroh nggak!"

Tiba-tiba ada suara terdengar yang berasal dari atas pohon. Vidia mendongak dan langsung mendapati sosok astral berjenis laki-laki yang memakai pakaian tentara.

"Enak aja, emang ini pohon punya nenek moyang lo. Lagian lo juga nggak bakalan bisa makan ini mangga." Vidia menantang dengan sombong, gadis itu bahkan membusungkan dadanya dan berkacak pinggang. Tidak lupa ia juga membuka matanya lebar-lebar, seakan Markonah akan takut dengan pelototan matanya.

***

Edward sedang berada di ruangan OSIS setelah beberapa menit lalu ia menguping pembicaraan dengan siapapun itu yang tidak terlihat. Dari wajahnya, terlihat jika laki-laki itu sedang gusar. Memikirkan sesuatu yang sama sekali tak pernah ia duga sebelumnya.

"Maksud lo gue beritahu dia kalo lo meninggalnya pake seragam SMA Pelita dan jaket kulit warna cokelat?"

AKUWhere stories live. Discover now