AKU 11

53.5K 3.7K 40
                                    


Vidia mendongakkan kepala, memandangi langit malam yang tak memiliki banyak bintang malam ini. Gadis itu saat ini sedang berada di balkon, memandangi bintang yang bisa ia hitung dengan jari. Ia menghela napas lelah, samar-samar telinganya dapat mendengar suara cekikikan di belakangnya, di mana ada Lola dan Kartini yang dari tadi mengobrol. Sesekali kedua hantu itu terlibat pertengkaran kecil karena perbedaan pendapat. Kartini sedang ada di rumahnya karena saat pulang dari rumah sakit Vidia lupa mengantar Kartini ke sekolah lagi. Alhasil hantu sekolahnya itu terpaksa harus menginap di rumahnya.

Vidia kembali memandang langit setelah memastikan Lola dan Kartini tidak terlibat pertengkaran sengit yang mengakibatkan telinganya sakit. Gadis itu menghembuskan nafasnya kembali, kini yang ada di pikirannya adalah keputusan Ara yang lebih memilih mati dijemput malaikat dengan rasa bahagia. Pasti dia sangat menderita selama ini, pikir Vidia.

Ia memang bukan teman yang baik untuk Ara dan itu baru disadarinya sekarang. Ia bahkan baru merasakan Ara sebagai temannya ketika gadis tambun itu berada di ujung mautnya seperti saat ini.

Tok! Tok! Tok!

"Masuk," ujar Vidia ketika mendengar suara ketukan pintu.

"Non." Panggil Bi Ijah pada nonanya yang masih sibuk memandangi langit malam dari balkon.

"Ada apaan, Bi?" Vidia berbalik dan menatap Bi Ijah yang berdiri di ambang pintu.

"Ada temen Non yang nyariin," kata Bi ijah sopan, padahal wanita itu jelas lebih tua dari Vidia. Kadang ia jadi merasa tak enak hati.

"Temen? Siapa?" Vidia memasang wajah bingung, seingatnya ia tidak pernah memberikan alamat rumah kepada teman sekolahnya.

"Nggak tahu, tapi temen Non udah nunggu di bawah. Misi Non, bibi mau ke bawah dulu." Bi Ijah berlalu pergi dari kamar Vidia.

Vidia bangkit dari duduknya dan melangkah keluar kamarnya menuju ke ruang tamu untuk mengetahui siapa yang datang menemuinya. Ia meninggalkan Kartini dan Lola yang asyik bercerita tentang hantu-hantu tampan, baik yang di sekolah ataupun di komplek perumahannya. Biarlah dua hantu itu saling berbagi cerita jika itu membuat mereka tidak mengganggu Vidia.

Ketika Vidia memasuki ruang tamu, dari kejauhan ia melihat sosok laki-laki yang memunggunginya. Sosoknya cukup familiar, tapi ia merasa tak begitu dekat dengan sosok itu. Vidia melangkah lebih dekat agar dapat melihat wajahnya.

"Kak Leo."

Leo mendongak, melihat Vidia yang berdiri di seberang meja. Gadis itu melihat ke arah jam dinding yang tak jauh dari pandangannya. Setelah memastikan penglihatannya benar ia menghela napas. Beruntung saja Neneknya sudah tidur di jam ini, jadi ia tidak perlu repot-repot mencari alasan yang tepat mempersilahkan Leo masuk ke rumah.

"Akhirnya lo ke sini juga, gue mau minta tolong sama lo." Leo berujar tanpa basa-basi.

Vidia mengangkat sebelah alisnya, matanya menatap lekat ke arah Leo. Laki-laki di depannya ini tampak kacau, tidak seperti biasanya. Wajahnya menunjukkan bahwa dia lelah dan putus asa. Ada apa dengan vampir ini?

"Minta tolong apa?"

"Gue minta tolong sama lo buat bantu gue hadir dipersidangan malaikat," ucap Leo to the point yang membuat Vidia membelalakkan matanya lebar-lebar.

"Kenapa harus gue!?" Mendadak suara Vidia meninggi. Ia pikir Leo akan meminta bantuan Adit jika meminta hal yang seperti ini.

"Karena cuma lo yang bisa." Suara Leo terdengar sangat gelisah, sedangkan matanya menatap Vidia dengan memohon.

AKUWhere stories live. Discover now