AKU 3

78K 4.9K 167
                                    


Hari ini adalah hari terakhir masa orientasi siswa. Semua anggota OSIS yang diberi tanggung jawab untuk membina adik-adik kelas mereka sudah memasuki ruangan kelas sejak pagi sebelum para peserta MOS datang. Itu membuat beberapa peserta yang datang lebih awal dibuat terkejut melihat keberadaan senior mereka di dalam kelas saat pagi buta. Dan di sinilah Edward dan Leo sekarang, di sebuah kelas yang kebetulan adalah kelas yang dihuni Vidia dan Ara. Mereka sedang menjelaskan kegiatan yang akan mereka lakukan hari ini.

"Seperti yang kalian ketahui hari ini adalah hari terakhir MOS. Pada hari terakhir ini kami akan memberikan kalian tugas. Tugas kalian adalah kalian harus membuat surat cinta untuk Kakak OSIS kalian. Buat yang laki-laki, kalian harus membuat surat cinta untuk seluruh kakak OSIS kalian yang perempuan. Begitu juga yang perempuan, kalian harus membuat surat untuk seluruh kakak OSIS kalian yang laki-laki." Leo menjelaskan secara detail agar tidak ada yang bertanya karena tidak mengerti. Leo memandang ke arah depan dimana semua juniornya sedang memasang wajah mengerti yang membuat Leo lega.

"Dan masing-masing dari kami akan memilih satu surat yang menurut kita paling oke sebagai pemenang. Dan yang pasti yang menjadi pemenang akan mendapatkan hadiah." Edward berucap dengan tegas, perkataannya membuat mata semua siswi yang ada di kelas itu berbinar penuh harap.

Yaelah ini mainan apaan sih! MOS nggak berfaedah, batin Vidia malas

"Gue pengen ikutan." Kartini yang ada sampingnya mendadak mengeluarkan suara setelah dari tadi hanya diam, ia memandangi Edward masih dengan tatapan kagum.

Vidia yang merasa jengah hanya mampu menatap hantu itu dengan pandangan lelah, karena setiap ia berangkat ke sekolah ia harus menghadapi segala perilaku aneh Kartini dan semua hantu penghuni sekolah. Ia jadi berpikir kalau semua hantu yang ada di sini meninggal secara tidak wajar.

"Saya rasa kalian semua paham dengan penjelasan kami, kalau begitu silahkan dikerjakan." Edward berucap pada juniornya, detik berikutnya semua peserta MOS dengan kompak mengeluarkan alat tulis dan buku mereka.

Sebagian dari mereka ada yang langsung sibuk menuliskan sesuatu di atas ke atas kertas, sebagian lagi ada yang diam dan sedang berpikir apa yang hendak mereka tulis. Hal itu terjadi pada Vidia yang memandangi kertasnya yang masih kosong tanpa tulisan. Gadis berambut panjang itu belum mendapatkan ide apapun, ia lalu memutuskan melihat ke sekeliling.

"Huh ..." Vidia menghela napas frustasi melihat banyak peserta lain yang sudah mulai menuliskan sesuatu di atas kertas mereka masing-masing. Hanya ada beberapa anak yang mengalami kejadian sepertinya.

"Tulis apaan, ya?" Vidia bertanya pada dirinya sendiri sambil memainkan alat tulis yang ada di genggamannya.

"Dari hati aja kali Vid." Ara memberi saran tanpa diminta.

"Sayangnya gue nggak punya hati, ngapain juga sih buat acara kayak beginian. Nggak guna." Vidia melemparkan bolpoinnya ke atas meja.

"Masa situ nggak punya hati ? Nggak percaya, tuh." Ara membalas dengan santai lalu dengan cueknya ia kembali menulis sesuatu di atas kertasnya. Vidia sendiri tak mempedulikan apa yang Ara katakan dan fokus pada kertasnya sendiri.

"Nulis apa ajalah yang penting ada isinya."

Sedetik setelahnya Vidia mengambil bolpoinnya dan mulai menuliskan apa yang terlintas dipikirannya saat itu.

Setelah menulis banyak surat cinta, seluruh peserta MOS diharuskan memberikan surat itu secara langsung kepada Kakak kelas mereka.

"Kenapa sih pakai acara bikin surat cinta segala? Apa jangan-jangan anak OSIS nggak ada yang laku ya? Eh! gue kan juga belom laku," batin Vidia sebelum akhirnya ia berjalan dengan yang lain untuk menjadi tukang pos dadakan surat yang mereka buat sendiri.

AKUWhere stories live. Discover now