zwe

2.3K 134 17
                                    

ANGELA dan Ethan berjalan menyusuri jalanan kota yang basah. Sesekali menatap sekitar, berharap ada satu saja toko makanan yang masih buka.

Ethan menatap jam tangan yang melingkar di tangan kirinya, kemudian menghela napas. Sekarang pukul delapan, dan berhubung sedang musim gugur, langit sudah tampak gelap.

Dirinya dan Angela berjalan menyusuri kota yang sepi dan dingin, mencari makanan untuk dimakan sebagai makan malam, namun tampaknya toko-toko tutup lebih awal di minggu terakhir musim gugur, beradaptasi dengan cuaca.

Mata Angela tampak bersinar menatap sebuah toko di ujung jalan, yang buka 24 jam. Apalagi? McDonalds.

"Ethan, buruan!"

Ethan menoleh kepada perempuan yang tampak bahagia menatap gerai McDonalds.

"Iya, sabar dong. Kamu mah, kalo makanan selalu aja nomor satu," senyum Ethan, kemudian mengandeng tangan Angela yang dingin menuju gerai McDonalds.

Tring!

"Willkommen bei McDonalds!" senyum pelayan tersebut ramah, dibalas anggukan kedua orang kelaparan itu.

[Selamat datang di McDonalds!]

Angela dan Ethan mendongak, menatap papan menu di atas.

"zwe Signature Classic Chicken und zwe tee," ucap Ethan.

[dua buah signature classic chicken dan dua gelas teh hangat]

Kasir itu mengganguk ramah, kemudian mengurus pembelian makanan Ethan, hingga cowok itu kembali ke mejanya dengan senampan makanan yang sudah ia pesan.

"Akhirnyaaa!" senyum Angela senang, kemudian melahap makanannya rakus.

"Eh, kamu makan pelan-pelan dong! Kaya ga makan seabad aja deh," tegur Ethan.

Angela tersenyum, melihat burgernya yang hanya sisa setengah. Kemudian melanjutkan makannya dengan biasa.

"Gimana kuliah kamu?" tanya Ethan.

"Em, baik kok. Tugasku dapet A semua," senyum Angela girang.

"Pinter. Abis wisuda, berarti bisa langsung nikah, ya?"

Uhuk! Uhuk!

Angela menepuk dadanya pelan, kemudian menelan burger yang belum selesai ia kunyah, menarik napas pelan.

"Aku bercanda doang kok." tawa Ethan cekikikan.

"Es ist nicht lustig!," gerutu Angela dengan aksen Jermannya yang fasih, hampir mendekati bahasa Jerman asli.

[Ga lucu tau!]

"Emang segitunya kamu mau nikah sama aku?" tanya Ethan usil.

"Natürlich nicht! Ich hasse dich!," ucap Angela setengah kesal.

[Gak lah, jiji sama lo!]

"Gak usah malu-malu, ngaku aja," senyum Ethan santai.

"Ethan, ich meine es erst!" ucap Angela benar-benar kesal.

[Ethan, gue serius ih!]

Ethan tertawa kecil melihat pacarnya yang sudah mulai marah.

"Ich werde essen, störe mich nicht," ucap Angela dingin.

[Gue mau makan, jangan ganggu]

Ethan mengerucutkan bibirnya, terdiam.

"Es tut uns leid,"

[Maaf]

Angela mengganguk, fokus memakan burgernya tanpa menatap Ethan sedikitpun—yang sedang menatapnya dengan perasaan bersalah. Gadis itu menelan burger terakhirnya, kemudian meniup-niup teh panasnya. Menenguknya sedikit demi sedikit.

Nach Sieben JahrenWhere stories live. Discover now