Sieben

1.1K 94 19
                                    

Aku bertemu dengan seseorang yang baru, namun hatiku tetap untukmu.

* * *

"PRASENTERIE deine Aufgabe!" teriak dosen tegas—suaranya menjuru ke ujung ruangan.

[Presentasikan tugas kalian!]

Ethan menatap gadis lugu yang duduk di sebelahnya, tampak asyik mengetik di laptop.

"Felicia, bagaimana kalau kita maju terlebih dahulu?" tanya Ethan lembut.

Felicia menbetulkan kacamatanya, kemudian mengganguk.

"Sir, wir wollen zuerst vorrücken," ucap Felicia lantang sambil mengancungkan jari.

[Pak, kami ingin maju pertama]

"Großartig, Felicia! Ich liebe deinen Geist!" seru Pak Dosen dengan senyuman lebar di bibirnya.

[Bagus, Felicia! Saya suka semangatmu!]

Ethan dan Felicia berjalan ke depan kelas, dan menyambungkan laptop Felicia dengan proyektor di depan kelas. Dua puluh menit presentasi mereka berjalan lancar.

"Großartig! Deine Arbeit ist großartig!" puji dosen sambil bertepuk tangan.

[Hebat! Kerjamu luar biasa!]

Ethan dan Felicia saling tatap, tersenyum bangga. Keduanya kembali ke tempat duduk masing-masing. Di pojok kelas, seorang mahasiswi menatap mereka tajam.

* * *

"ETHAN, kannst du für eine Weile sore chen?" panggil suara halus dari balik ruangan, yang tampak sudah menunggunya dari luar sejak lama.

[Bisa bicara sebentar?]

Ethan menoleh pelan, kemudian tersenyum lebar. "Ya?"

"Kerja lo sama Felicia bagus," senyum Angela.

"Makasih. Lo liat?"

"Iya, dari ujung kelas. Lo berdua cocok ya, tatapan lo berdua sweet banget," sindirnya, dengan senyuman kecut di bibirnya.

"Yah, kamu cemburu kan?" tanya Ethan sambil mengacak rambut Angela.

Angela tersenyum kecil menatap Ethan. "Udah ya, gue ada kelas," pamitnya. "Bye,"

Ethan tersenyum tipis menatap gadisnya yang telah membuat hidupnya berwarna.

* * *

ETHAN mengeratkan jaketnya, dan memasang kacamata hitam. Ia melakukan rutinitas biasanya—bersender di sebelah pintu menunggui gadisnya.

Tak lama, satu per satu penghuni ruangan itu keluar. Dengan mata elangnya, Ethan menangkap seorang gadis yang ia kenali, dengan senyum lebarnya bercanda dengan lelaki di sampingnya.

Senyum lebar terukir di bibir gadis itu, matanya berbinar sorot ia sedang berbahagia, gestur tubuhnya juga tampak menyenangkan—menunjukkan bahwa gadis itu bahagia. dan, itu adalah tingkah laku Angela saat bersama Ethan, dulu.

Ethan tertegun menatap kebahagiaan gadis itu. Sukses hatinya dibuat perih oleh gadis itu. Tanpa berpikir lebih panjang, Ethan berjalan di tengah kedua orang itu, sambil merangkul Angela, dan menatap sinis Hubert.

"Angela, Lass uns gemeinsam zu Abend essen," ajaknya dengan bahasa Jerman yang fasih—sengaja dibuatnya agar Hubert mampu mengerti perkataannya.

[Ayo makan malam bersama]

"Ethan...," ucap Angela sambil menatap Ethan takut-takut.

"Hab keine Angst, Schatz. Lass uns gemeinsam zu Abend essen,"

Nach Sieben JahrenWhere stories live. Discover now