neunzehn

219 16 3
                                    

"SUDAH lama kita tidak bertemu. Kehidupan dengan teman-teman lamamu sangat sibuk, ya?"

Ethan hanya bisa menghela napas mendengar pertanyaan yang dilontarkan Felicia.

"Begitulah, masa lalu. Merepotkan," ujar Felicia sambil menepuk-nepuk bahu Ethan.

"Terima kasih. Kadang kau bisa bersikap seperti kakakku," senyum Ethan pelan.

Felicia tersenyum canggung mendengar perkataan Ethan, kemudian dirinya kembali meraup salju di sebelah kakinya—melanjutkan aktifitas di hari Minggu yang cukup bisa dibilang cerah ini.

Ya, musim dingin di Munich di mana salju sudah mulai turun dengan lebat. Jarang sekali warga kotanya mendapatkan cuaca cerah. Meski pun matahari bersinar terik, jangan diperdaya olehnya. Suhu tertinggi yang bisa dicapai hanyalah dua derajat Celcius.

Jadi, di hari Minggu yang cerah dan juga mencapai suhu terhangat Munich, hampir seluruh warga kota pergi keluar rumah dan bermain di taman-taman untuk bermain salju.

Ethan dan Felicia kembali merapikan manusia salju yang mereka buat sejak pagi tadi.

Tangan Felicia meraup salju di sekitar pergelangan kakinya, kemudian membentuk salju itu bulat-bulatan kecil.

DHUK!

Ethan menyipitkan matanya dan meraup sebuah bola salju di bawahnya, dengan tatapan sinis segera ia lempar bola itu ke arah Felicia yang baru saja melempar sebuah bola saju kepadanya, "Dasar iseng, kubalas kau!" serunya setengah tertawa.

"Hei, itu sakit!" seru Felicia setelah lemparan bola salju tadi mengenai kepalanya. Tangannya kembali meraup salju dari manusia salju yang baru ia buat, lalu segera ia lemparkan ke arah Ethan.

Ethan dengan gesit menghindari lemparan Felicia, dan segera membalas kembali gadis itu dengan lemparan bola salju yang dua kali lebih besar, "Hei! Kau merusak manusia salju kita!" serunya tak mampu menahan tawa.

Senyuman lebar mengembang di wajah keduanya, pertempuran bola-bola salju tidak terhindarkan. Sementara manusia salju yang baru saja mereka buat semakin hancur karena mereka ambil terus-menerus, keduanya semakin kelelahan.

Akhirnya mereka memutuskan untuk duduk di sebuah kursi di pinggir taman, menikmati keramaian di musim dingin dengan segelas kopi.

"Lihat," ucap Felicia sambil menenguk kopinya, "Mereka yang datang ke sini adalah pasangan. Romantis sekali, ya? Kencan di musim dingin."

"Iya," ucap Ethan sambil tertawa renyah, "Aku tak pernah mengenalmu begitu dalam. Apakah, kau memiliki kekasih?"

Felicia tersenyum menatap Ethan, kemudian menggeleng.

"Ternyata," gumam Ethan pelan.

"Akui saja, pasti kau berharap datang ke sini bersama Angela, bukan?" tanya Felicia setelah menatap Ethan terdiam beberapa lama, "Setelah melihat semua datang ke sini bersama pasangannya."

"Tidak, kok. Aku cukup senang datang ke sini bersama sahabatku," senyum Ethan tipis.

"Mungkin saja, sekarang Angela dan Hubert sedang bermain salju berdua di taman lain?" ucap Felicia santai sambil memancing emosi Ethan, "Sementara kau di sini mengharapkan untuk pergi bersama gadis itu."

Ethan hanya terdiam mendengar Felicia, tidak berniat untuk membalas ucapan licik gadis itu.

"Dude, mengapa kau tidak melupakannya saja? Dia saja sudah menemukan lelaki lain dan melupakanmu." ucap Felicia, "Dia seperti wanita brengsek yang memainkan hatimu, kau tahu."

Nach Sieben JahrenOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz