zwolf

868 65 7
                                    

ETHAN menepuk-nepuk pahanya yang sakit. Lalu ia memijit betisnya pelan. Ia menghela napas. Setelah sudah lama ia tidak berjalan jauh sejak tahun kelima ia berkuliah. Membuat kakinya mudah sakit dan pegal.

Matanya menatap orang-orang yang keluar masuk dari lobi apartemen itu. Ethan mendengus. Sudah hampir empat jam ia duduk di lobi, menunggu gadisnya untuk keluar. Ia memang tidak menberitahu kalau ia di bawah, namun ia ingin gadisnya turun dengan sendirinya.

Senyumnya melebar ketika melihat gadis dengan hoodie dan celana jeans berjalan keluar dari lift. Mulut Ethan dengan cepat menyerukan namanya, "Angela!"

Ia yang dipanggil menoleh pelan, kemudian menghampirinya dengan langkah malas. "Ngapain lo ke sini?" tanyanya ketus.

Ethan tak dapat menahan senyumannya menatap muka masam gadis itu. Tangannya mengulur menarik tangan gadis itu untuk duduk di sofa sebelahnya.

"Angela, jangan marah."

Itulah ucapan yang Ethan katakan pertama kali sejak pertemuannya kemarin. Angela balas menatap Ethan datar lebih ke kesal.

"Gue tau lo marah karena gue deket sama Felicia," kata Ethan lagi. "Tapi gue sama Felice benar-benar cuma teman, kayak lo sama Hubert."

"Terserah," balas Angela dengan suara yang bergetar.

"Angela, gue tau lo ngambek. Jangan marah lagi ya? Gue sama Felicia benar-benar sebatas sahabat,"

"Terserah lo mau ngomong bullshit apa lagi," ucap Angela. "Gue tau, lo sama Felicia ngajak gue jalan bareng cuma buat nunjukkin kemesraan lo berdua. Terserah, gue gak cemburu." lanjut Angela dengan pipi merah padam.

"Lihat aja, muka lo merah gitu, gue tau lo cemburu. Gue gak ada niat untuk mesra sama Felicia, kita cuma berteman." tekan Ethan sekali lagi.

"Terserah."

"Kalo lo boleh dekat sama Hubert, kenapa gue enggak?" tanya Ethan yang mulai gusar.

"Gak ada yang larang lo sama si Felicia itu kok," jawab Angela ketus.

"Angela, jangan marah." pinta Ethan lembut.

Angela menatap Ethan acuh tak acuh, "Udah ngomongnya? Gue mau pergi." ucap Angela ketus.

"Angela, gue mohon, lo percaya sama gue."

"Gue percaya sama lo kalo lo gak terus-terusan ngomong bullshit,"

"Aku gak bohong." ucap Ethan sambil berusaha untuk bersabar.

"Udah ngocehnya? Gue mau pergi," kata Angela datar.

"U... udah," jawab Ethan gugup.

Tanpa mengucap sepatah kata pun, Angela berjalan keluar lobi apartemen, dan menghilang dari pandangan cowok yang tampak menatapnya kebingungan.

* * *

"JAUHI Ethan."

Tangan itu kemudian menyerahkan beberapa lembar uang dengan nominal yang besar di atas meja.

Gadis di seberangnya tertawa kecil menatap lawan bicaranya, lalu dengan sisa kekehan mengambil uang tersebut. Jari-jari lentiknya membuka satu-satu lembaran uang tersebut, menghitung jumlahnya. Setelah itu, gadis itu kembali tertawa bak tokoh antagonis di suatu cerita.

"Mengapa aku harus meninggalkannya?" tanya sang gadis yang memakai sweater—sambil menatapi uang yang baru disodorkan lawan bicaranya. "Bukankah, aku memiliki hak dengan siapa saja aku pantas berteman?"

"Perlu kau ketahui, dia adalah milikku." balas gadis berhoodie di depannya, menatapnya serius.

"Angela Kaistal," ucap gadis dengan sweater sambil menimang-nimang segepok uang itu. "Kau gadis yang lucu juga, ya." ejeknya sembari tertawa kecil.

"Kau terlalu lama bergaul dengan lelaki itu—," ejeknya lagi. "Ah, Hubert, kan? Kau menjadi gila rupanya. Kau tak sadar bahwa Ethan sudah berada di dalam dekapanku sekarang. Kau tidak bisa menolak fakta, bahwa hati Ethan adalah milikku sekarang. Ia telah menyukai diriku, bukan lagi dirimu," lanjutnya, "Oh sayang, terimalah kenyataan."

Angela mengigit bawah bibirnya geram menatap perempuan di depannya. "Kau tahu, Felicia? Tidak mungkin Ethan tertarik, menyukai, bahkan mencintai dirimu! Kulihat dengan sepasang mataku sendiri, kau adalah jalang yang berusaha mendekatinya." balasnya pedas. "Tidak mungkin, kan, Ethan menyukai jalang seperti dirimu?"

Felicia menatap sinis gadis di depannya ini, "Kau hanya tidak bisa menerima fakta bahwa sekarang Ethan telah menyukaiku."

"Dengar, jauhi lelakiku. Ia telah menjadi milikku, dan kami saling mencintai. Jangan menjadi perusak hubungan orang,"

"Sepertinya kau terlalu banyak berhalusinasi. Aku tidak akan menjauhinya," tolak Felicia. "Kau sudah bersama Hubert.

"Lagipula, sekarang kau terlihat seperti jalang yang dengan angkuhnya memainkan hati pria. Bahkan, dua pria. Oh, bukankah itu menjijikan?" sambung Felicia.

"Hentikan omongan kotormu, jauhi Ethan. Kau mengerti?" tekan Angela garang.

"Tidak, aku tidak akan menjauhinya." ucap Felicia tegas.

"Jauhi dia, jalang!" teriak Angela.

"Tidak akan." tekan Felicia angkuh, kemudian berjalan menjauhi Angela.

* * *

"AKHIRNYA kau sampai."

Felicia menghela napas pelan, mempercepat langkahnya kemudian duduk di sisi lain meja tersebut, berhadapan dengan Ethan.

"Kau terlihat lelah. Ada apa?" tanya Ethan cemas.

"Tidak. Aku habis bertemu dengan orang gila di jalanan. Begitulah," cerita Felicia sambil mengangkat bahu.

Ethan tertawa kecil mendengar ucapan gadis di seberangnya, lalu memalingkan kepalanya keluar jendela. Ia sering duduk di kafe ini, kafe yang sama saat ia pertama bertemu dengan Feli dulu. Matanya menyipit melihat seorang gadis menangis dari balkon kamarnya, tanpa memedulikan dinginnya cuaca di luar. Ethan menatapnya prihatin. Sudah kedua kalinya ia melihat gadis itu menangis di sana.

"Apa yang kau lihat?" tanya Felicia, membuat Ethan tersentak kecil.

"Tidak, tidak ada." jawab Ethan gugup.

Felicia mengangkat bahunya cuek, kemudian mengaduk kopi yang ia pesan. "Kau tahu," ucapnya, "Gadis itu masih mencintaimu."

"Angela?" terka Ethan langsung.

"Ya. Kulihat kemarin dari sorot matanya, ia cemburu," kata Felicia.

"Aku tahu. Hentikan itu, kita menyakiti hatinya," tegur Ethan.

Felicia tersenyum miring mendengarnya. Aku tidak peduli tentang hatinya.

"Oke. Aku melakukan ini hanya untukmu, Ethan. Aku sedang menguji cintanya padamu," ucap Felicia. Kedua tangannya menjulur dari dalam saku. Gadis itu meletakkan kedua tangannya di atas meja, dan perlahan menggengam kedua tangan Ethan. Baik Ethan mau pun Felicia saling berbagi kehangatan melalui tangan mereka.

Ethan tersentak melihat kedua tangannya yang digengam oleh gadis itu. Hangat, pikirnya. Perlahan, Ethan mendongakkan kepalanya, balas menatap gadis di depannya yang menatapnya lurus.

DEG!

Jantung Ethan berdebar kecil karena kejadian kecil itu. Ia melepas tangannya gugup dan mengalihkan pandangannya.

Untuk pertama kali dalam tujuh tahun, jantung Ethan berdebar karena perempuan lain selain Angela. Cowok itu mengigit bagian dalam pipinya pelan, menyadari suatu hal.

Hatinya sudah tidak mati rasa lagi. Ia sudah mulai bisa tertarik kepada gadis lain selain Angela. dan, gadis beruntung itu adalah Felicia.

* * *

Halo!

Akhirnya update lagi ya, semoga kalian suka ceritanya dan makasih udah setia nungguin cerita ini!

Next update: 20 votes.

Nach Sieben JahrenWhere stories live. Discover now