dreiundzwanzig

135 16 3
                                    

ETHAN mengigit bagian bawah bibirnya gugup, namun dengan cepat ia hilangkan perasaan gugup tersebut. Tangannya dengan cepat memencet bel LED di sebelah kiri pintu.

Tak lama sesaatnya, pintu itu terbuka dan tampaklah seorang wanita berusia setengah abad tersenyum kebingungan menatapnya.

"Du bist Ethan, oder? Was machst du hier?" tanya ibu Angela kebingungan.

[Kau Ethan, bukan? Apa yang kau lakukan di sini?]

"Iya, Tante. Saya ke sini ingin menyampaikan sebuah surat kepada Angela, bolehkah?" tanya Ethan sambil menyodorkan sepucuk surat.

"Bagaimana jika kamu masuk dulu?" pinta ibu Angela sambil mengajak Ethan duduk di sofa ruang tamu apartemennya.

Ethan dan ibu Angela duduk berhadapan di ruang tamu, beserta cokelat hangat disuguhkan di depan keduanya.

"Ada apa, Ethan? Tak biasanya kau datang ke sini sendiri," tanya ibu Angela bingung.

"Tante, saya baru saja bertengkar dengan Angela. Saya minta maaf sebesar-besarnya, Tante. Saya tidak bermaksud membuat Angela sakit hati," ucap Ethan jujur—membuat ibu Angela tampak kaget, "Sebenarnya, saya akan segera kembali ke Indonesia malam ini, dan saya tidak berniat untuk memberitahukannya kepada Angela. Itu sebabnya saya memberikan surat ini kepadanya." jelas Ethan.

Mama Angela hanya terdiam mendengar ucapan Ethan.

"Saya terima jika Tante ingin memaki saya. Tapi, tolong jangan memberitahu Angela tentang kepulangan saya ke Indonesia," pinta Ethan.

Alih-alih mengomeli pemuda di depannya, Mama hanya tersenyum bijaksana, "Kau begitu jujur, Nak. Hatimu itu bersih dan baik. Tindakanmu sangat dewasa," pujinya takjub, "Tante akan menyampaikan suratnya kepada Angela, dan Tante juga berjanji tidak akan memberitahu anak Tante mengenai kepulanganmu ke Indonesia." janjinya.

"Terima kasih, Tante," senyum Ethan lega, "Kalau begitu, saya ijin pamit terdahulu, sebelum Angela kembali ke sini."

Mama hanya tersenyum dan mengantar pemuda itu sampai keluar pintu. Sesampainya ditinggalkan oleh ibu Angela, Ethan menghembuskan napas lega dan berusaha tersenyum tegar.

Drrtt

Lelaki itu mengocek ponselnya yang bergetar, dan ternyata kawannya menelponnya. Setelah memencet tombol hijau, Ethan melanjutkan langkahnya di koridor apartemen.

"Halo?" panggil Ethan pelan.

"Louis. Lo dan Vian benar, Angela dipaksa!" ucap Louis di seberang sana dengan takjub, "Oke, tanpa panjang lebar, dengar pesan suara yang udah gue kirim ke lo."

Ethan tersenyum kecil dan membuka pesan suara di ponselnya, lalu menuruni tangga dengan cepat.

[voicemail on]

V1 = Aku tidak kuat, Hubert! Aku tidak tahan lagi!

V2 = Ada maksudmu?

V1 = Kau memang cucu sang pemilik kampus, dan kau memang memberiku beasiswa. Tapi kau tidak bisa memaksaku untuk menjauhi Ethan, atau pun mengancamku! Aku mencintainya, Hubert!

[voicemail off]

Ethan menghentikan pesan suara itu sesaat, kemudian tersenyum kecil saat mendengar Angela menyatakan bahwa dirinya menyukai Ethan. Setelah puas tersenyum, ia melanjutkan langkahnya dan kembali mendengar pesan suara tersebut.

[voicemail on]

V2 = Tapi Angela, aku mencintaimu!

V1 = Terima kasih atas perasaanmu, Hubert. Tapi tidak dengan perasaanku. Kau memang memberiku beasiswa yang benar-benar penting bagiku. Tapi bagiku, kita hanyalah sebatas sahabat, dan kau tidak bisa mengancamku!

Nach Sieben JahrenWhere stories live. Discover now