sechs

1.2K 96 16
                                    

ANGIN bertiupan di kota Munich, sehingga menyebabkan daun-daun pepohonan di pinggir jalan berguguran, menutupi jalanan dengan daun-daun berwarna oranye.

Suhu menujukkan pukul empat derajat Celcius, yang artinya cuaca mulai mendingin, berhubung minggu ini adalah minggu terakhir musim gugur.

Di pagi buta, sang surya belum menampakkan dirinya. Kurangnya kehangatan sinar matahari kian menambah dinginnya cuaca.

Seorang gadis berusia dua puluh dua tahun tanpa memedulikan dinginnya cuaca, berjalan sambil memeluk dirinya sendiri menuju kampusnya.

Hari ini hari Sabtu—hari dimana tidak ada kelas bagi dirinya. Namun, ia harus menemui seseorang yang baginya penting.

Tok! Tok!

Tak ada jawaban dari pintu kamar dorm yang gadis itu ketuk.

Tok! Tok!

Gadis itu pun mengetuk pintu lebih keras. Namun, hasilnya sama. Tak ada jawaban.

"Halo, Ethan, Louis?!" serunya.

Hening.

Gadis itu mengerucutkan bibirnya, kemudian memutuskan untuk duduk di depan pintu, menunggu matahari menyingsing. Mungkin, pada waktu itu, sang penghuni kamar telah bangun dari tidur nyenyaknya.

Kriet...

Suara pintu kayu yang ia ketuk terbuka.

"Angela, lo ngapain di dorm cowok pagi-pagi gini? Duduk di lantai depan kamar gue lagi? Ntar pada kira—" celoteh penghuni kamar terpotong.

"Ssstt... Dingin, gue masuk ya," potong Angela kemudian masuk ke dalam kamar itu sekenanya.

Blam!

Pintu itu tertutup.

Angela menatap kamar dorm itu dengan takjub. Sama sekali tak seperti kamar dorm laki-laki, sangatlah rapih. Ruangan yang memanjang yang luasnya 5 x 3 meter ini menampung banyak hal.

Pertama, sebelah kiri ada sebuah kasur tingkat. Di seberang kasur, ada sebuah TV, buku-buku, dan lemari baju. Di sebelah TV ada meja belajar, dan di sebelah kasur ada meja belajar lagi. Dan di pojok ruangan, ada kamar mandi kecil.

Angela menatap cowok yang sedang tidur di kasur tingkat dua dengan posenya yang aneh. Ia tertawa kecil.

"Lo ngapain, di sini?" tanya Ethan dingin.

Tiba-tiba di otaknya terlintas perkataan Felicia.

"Gue minta maaf soalnya yang kemarin, gue gak bermaksud begi—" omongannya terputus.

Angela meletakkan jari telunjuknya di depan bibir Ethan, menyuruhnya untuk diam. "Lupain yang kemaren, hari ini, jalan yuk?" ajaknya.

Ethan terdiam sejenak, kemudian mengganguk dengan senyuman manisnya.

"Ayo,"

* * *

"EIN Glas Soda, bitte?" tanya Ethan kepada penjual hot dog dari balik keranjangnya.

[Satu gelas soda, bisa?]

"Hier," ucap orang itu ramah, sambil memberi Ethan segelas soda.

[Nih.]

Ethan pun memberi uang kepada penjual itu, kemudian menghampiri Angela yang tampak duduk kepanasan di bawah pohon rindang.

Angela mendongak kecil menatap orang yang memberinya segelas soda. Langsung ia tenguk habis sods itu.

Nach Sieben JahrenWhere stories live. Discover now