achtundwanzig

117 12 0
                                    

SUARA pancuran air dari shower kamar mandi seketika terhenti kala tombol nyala-mati aliran air di layar dimatikan.

"Setengah jam lo mandi, mau tagihan air gue bengkak?"

Ethan menoleh sesaat, kemudian tersenyum nyengir, "Maaf," senyumnya, kemudian mengambil handuk dan memakainya.

Setelah lelaki itu keluar dari kamar mandi, Ethan segera mengeringkan badan, memakai baju tidurnya dan keluar dari kamar mandi.

Ethan duduk di atas sofa, menatap kosong layar televisi super tipis yang menyala di depannya, "Untung aja apartemen lo dingin," ucapnya bersyukur.

Lawan bicaranya tersenyum kecil mendengar ucapan Ethan, "Iya deh, warga lokal Munich."

ZEVANO.

[Untuk mengingat kembali, bisa dibaca works pertama: Backstreet]

"Gimana kehidupan lo di Munich? Saking jadi mahasiswa sibuk, gue telpon lo cuma bisa dua kali dalam setahun ya, kayak orang jaman dulu," komentar Zevano.

Ethan tersenyum lebar menatap sahabatnya Zevano yang telah ia tinggalkan selama enam tahun. Sahabat yang paling mengerti dirinya, dan sahabat yang selalu ada untuknya.

"Jawab! Jangan senyum-senyum aja lo," sambung Zevano.

"Sibuk. Gue ketemu lagi sama Angela, seperti yang lo tau. Ada Vian juga yang kakaknya ingin ngejar Axel lagi. Kabar mereka gue masih belum tau," cerita Ethan.

"Lo udah baikkan sama Angela, kan?"

"Iya. Lo tau gak, gue ketemu sama kakak gue lagi! Gue senang banget, Alesia, Zev! Alesia yang bikin gue merasa depresi selama bertahun-tahun, dan ternyata kakak gue belum meninggal!" seru Ethan senang.

"Iya—lo kan udah kirim gue email tiga lembar pas lo gabut di pesawat."

"Gue senang banget, Zev. Terima kasih ya," senyum Ethan antusias.

"Setidaknya, lo bertemu kembali dengan kakak lo kan, sebelum lo menikah?"

Wajah Ethan kembali berubah datar, "Jangan diungkit lagi dong!" keluhnya, "Sekarang, lo gimana?" tanya Ethan mengalihkan pembicaraan.

"Biasa, ngurusin kantor Bapak. Untung minggu ini gue cuti, pusing pala gue."

"Kabar lo sama Raisa?"

Zevano tertawa kecil, "Ya gitu."

"Gimana kalo kita ngajak mereka nginap malam ini? Cewek-cewek itu pasti udah bebas sekarang. Hari ini Sabtu, loh," ajak Ethan.

Zevano mengiyakan permintaan Ethan. Dengan segera, ia menelpon gadis-gadis yang telah tumbuh dewasa itu. Dan tak sampai sepuluh menit, mereka sampai dengan wajah nyengir.

"Carly dari tadi nungguin di daerah sini. Katanya mau lihat sekarang Ethan pasti jadi ganteng banget," alasan Raisa sambil menowel pipi temannya.

"Jangan harap, deh. Ethan ketemu lagi sama Angela di Munich." potong Zevano ketus.

Suasana yang sama seperti tujuh tahun lalu—mereka berkumpul di ruang tamu dan duduk membicarakan ke mana hilangnya Angela.

Nach Sieben JahrenWhere stories live. Discover now