ein­und­vierzig

110 7 4
                                    

KEHENINGAN kembali menyelimuti kamar hotel pengantin baru tersebut.

Ethan menatap Ellen tidak percaya, dan Ellen balas menatap Ethan sambil tersenyum dan menganggukkan kepalanya percaya diri.

"Ma-maksud lo apa?" tanya Ethan sambil menjauhi Ellen dari posisi duduknya.

Ellen tertawa kecil, "Ayo kita angkat anak yang kekurangan. Itu sebagai tanda bahwa kita pernah bersama. Agar daddy puas dengan pernikahan kita."

"Ooh," Ethan membulatkan bibirnya, "Angkat anak gimana? Nanti siapa yang urus?"

"Begini—"

Selama ini, Ellen telah memilih seorang bayi dari benua Afrika—di sebuah negara di mana perekonomian dan bahan pangan masih sangat susah.

Ia memutuskan untuk mengangkat anak itu menjadi anaknya dan Ethan,  dan seorang kenalannya yang tinggal di sana akan mengurus bayi tersebut. Ia hanya perlu mengirim uang secara periodik untuk kebutuhan bayi itu.

Bayinya akan menjadi anak angkatnya sampai dewasa nanti.

"Bayi ini akan menjadi tanda bahwa kita berdua pernah bersama," jawab Ellen, "Namanya akan mengikuti marga lo, dan nama tengahnya adalah nama gue."

Ethan menganggukkan kepalanya, itu cukup mudah. Lelaki itu rela melakukan apa pun demi dapat kembali bersama Angela.

"Oke, gue setuju kalo begitu," senyum Ethan, "So, sekarang apa?"

"Sekarang apa?" ulang Ellen sambil tertawa, ia melempar sebuah kartu kunci kamar kepada Ethan, "Ini pernikahan kontrak. Gue diam-diam bahkan sudah memesan dua kamar. Tidurlah di sebelah, gue nggak mau tidur sekamar dengan lo."

Ethan mengambil kunci kamar, kemudian berjalan keluar kamar dengan hati riang, "Trims, Ellen. Lo udah berubah."

* * *

ETHAN mengetuk pelan pintu apartemen Zevano.

"Iya?" jawab seseorang dibalik pintu.

Zevano membuka pintunya, kemudian menatap lelaki di hadapannya, dan menghembuskan napas pelan. "Ada apa?" tanyanya, membiarkan sahabatnya berdiri di ambang pintu.

"Boleh masuk?"

Zevano melipat tangan di depan dada, kemudian menggeleng pelan.

"Angela ada?" tanya Ethan, sembari memiringkan kepala--mengintip isi apartemen sahabatnya.

"Dia pergi."

"P-pergi? Pergi ke mana?"

"Belanja buat kepulangannya ke Jerman besok malam," ucap Zevano tertahan, kemudian menepuk bahu sahabatnya, kemudian menatap lurus Ethan, "Gue tau, tindakan lo menikahi Ellen bukanlah kemauan lo. Tapi, sekarang lo udah resmi menjadi suami orang, Than," Zevano menghirup napasnya dalam-dalam, "Gue harap, lo tau tindakan yang benar," ujar Zevano, sebelum menutup pintunya.

* * *

"AKU akan kembali ke Jerman akhir pekan ini."

Mata Lalice membulat, membanting garpu yang tengah ia gunakan.

"Tenang, Ma," potong Ethan sebelum ibunya mengamuk, "Aku telah membuat perjanjian dengan Ellen--dan itu adalah titah dari Reza. Pasti ibu juga sudah tahu, bukan?"

Nach Sieben JahrenWhere stories live. Discover now