zwei­und­vierzig

196 8 3
                                    

SALJU turun deras di luar jendela. Penghangat ruangan bekerja memanaskan ruangan. Lilin beraroma vanilla dan alunan lagu natal memperkuat suasana natal di apartemen tersebut.

TING!

Angela yang tengah menyembunyikan kado di bawah pohon natal, segera bangkit berdiri dan membuka pintu.

"Maaf, mereka memaksaku bekerja di malam natal," senyum Ethan sambil melepas mantelnya.

Tanpa berkata-kata, Angela langsung memeluk Ethan erat, "Ayo masuk. Aku sudah menyiapkan cokelat hangat."

Setelah membersihkan badannya, Ethan dan Angela duduk di atas karpet, menatap perapian. Dengan segelas cokelat hangat di masing-masing tangan mereka.

"Ini natal pertama kita sejak pindah ke Berlin," senyum Angela girang, "Sekaligus tepat setengah tahun kita tinggal bersama."

"Oh iya," Ethan mengambil sebuah amplop dari tasnya, dan memberikannya kepada Angela, "Tiga tahun pernikahan palsuku akhirnya berakhir."

Angela tersenyum membaca dokumen-dokumen itu. Setelah bersabar selama lima tahun, akhirnya ia bisa menyayangi Ethan tanpa halangan apapun. "Lama juga proses perceraianmu, dua tahun," ucapnya.

"Reza tidak setuju dan marah besar pada awalnya," ucap Ethan, "Tapi, dia jauh lebih menurut pada putrinya."

Angela dan Ethan terdiam, menikmati suasana natal yang hangat.

"Aku membelikan sesuatu untukmu," senyum Angela, mengambil kotak dari bawah pohon natal.

Ethan mengambil stetoskop di hadapannya. Terdapat ukiran namanya dengan Angela. Agak cheesy, memang. Tapi ia suka.

"Terima kasih," ucapnya mencium kening Angela, "Ambil kadomu."

"Di mana?" tanya Angela, menatap bawah pohon natal yang kosong melompong.

"Aku menyembunyikan kadomu di salah ornamen pohon natal yang menggambarkan perasaanku untukmu."

Angela mengernyitkan dahi, namun tersenyum. Bangkit berdiri dan mengelilingi pohon natal--mencari jika ada ornamen natal yang berbeda dari yang lain. Matanya menangkap sebuah ornamen berbentuk hati berwarna merah dan putih.

Tersenyum lebar, ia menatap Ethan, "Kapan kau membelinya? Aku yang menghias dan membeli seluruh ornamen pohon natal ini!" serunya girang.

Ethan tersenyum, masih dalam posisi duduk santainya. "Sekarang, buka isinya dan cari tahu apa yang ada di dalam situ."

Tak perlu waktu lama, Angela segera membuka isi ornamen itu. Sebuah kertas.

"Baca dengan lantang dan keras!" pinta Ethan.

"willst du mich heiraten," ucap Angela bingung, "Apa maksud--"

"Maukah kau menikah denganku?"

Angela segera berbalik badan. Di hadapannya, sudah ada Ethan yang sedang berlutut satu kaki memegang boks berisi cincin terindah yang pernah Angela lihat dalam hidupnya.

"ich werde," bisiknya terharu, "ich werde, ich werde, ich werde!"

Ethan segera memasangkan cincin pada jari manis Angela. Kegirangan, Angela segera melompat pada pelukan Ethan.

"Lihat, kita di bawah mistletoe," senyum Angela menunjuk mistletoe di atasnya, "Frohe Weihnachten, Ethan."

Ethan menatap atap-atap ruang tamunya, tersenyum. Tanpa ia sadari Angela meletakkan mistletoe di setiap celah yang ada di atap mereka.

"Anak nakal. Frohe Weihnachten, Angela."

- TAMAT -

* * *

Hola semua!

Gak kerasa novel ini udah jalan selama dua tahun, dan telah mencapai akhir.

Terima kasih yang udah ngikutin selama ini, dan terima kasih atas semua dukungan kalian ya!

Mohon maaf bila ada kesalahan kata.

Habis ini, author lagi gak ada proyek lagi dalam waktu dekat, jadi kalo kangen bisa baca works author ya!

Terakhir, jangan lupa vote comment dan share!

See you in the next project!

Nach Sieben JahrenWhere stories live. Discover now