Pranadigjaya dan Perempuan Muda

1.8K 144 14
                                    

Kunti Dewi melayang dengan gelisah melihat ke arah Lingga yang tengah menegak air sampai habis tiga gelas. Dia kemudian duduk menunggu di atas kasur. Wajahnya yang sudah pucat, terlihat lebih pucat. Persis seperti Lingga.

"Jadi ada kejadian buruk yang membuat aku trauma saat aku berumur sembilan tahun dan itu mengapa aku tak dapat mengingatnya sampai sekarang?" tanya Lingga pada Kunti Dewi.

Lingga meneruskan pertanyaan-pertanyaannya seolah Kunti Dewi adalah cermin yang hidup.

Pertanyaan tentang Bhadra yang pernah menjadi teman main saat kecil. Pertanyaan tentang hawa tidak enak yang dipancarkan Pak Pranadigjaya. Pertanyaan tentang kejadian malam ini sebagai kebetulan yang mengagetkan. Pertanyaan mengapa dia nyaris tak berkutik saat berada dekat Pak Pranadigjaya.

"Lingga, aku ingat sekarang!"Tiba-tiba Kunti Dewi menjerit terpekik setelah Lingga menyelesaikan pertanyaan terakhirnya.

"Apa yang kamu ingat?" Lingga bertanya dan menanti dengan dada berdebar.

"Arka kan bilang saat setelah kamu bertarung melawanku. Katanya, kamu tak boleh menceritakan tentang kejadian di Ciwaringin pada siapa pun. Lalu kamu ceritakan pada Bhadra. Aku sih bisa mengerti alasannya. Tapi tetap saja..."

Kunti Dewi menggantungkan kata-katanya. Dia menggigit-gigit bibirnya sendiri.

"Oh Tuhan! Iya!" Lingga sampai terlonjak dari tempat duduknya. Dia menahan mulut menggunakan kedua tangan.

"Entahlah. Aku merasa ini ada kaitannya dengan kedatangan Pranadigjaya. Lelaki itu. Oh aku tak suka dengan kehadirannya. Kamu ingat kan dengan keluhanku di kafe tadi?" Kunti Dewi bergerak gelisah. Dia berjalan hilir mudik di depan Lingga.

"Apa maksudmu, Pak Pranadigjaya adalah orang yang perlu diwaspadai? Kedatangannya yang tiba-tiba adalah bahaya yang dimaksud Mbah Wantiah?" 

Lingga kini merasa debaran di dadanya berubah menjadi genderang yang kencang. Sampai dia nyaris kesakitan.

"Entahlah. Mungkin. Yang jelas, aku tak suka padanya." Kunti Dewi meringis. Bahunya mengkerut.

"Aku pun selalu saja ketakutan melihatnya. Tapi dia berhasil membuatku penasaran. Dia tahu mengenai kejadian 19 tahun lalu. Ada kejadian yang hilang dari ingatanku. Apa iya aku mengalami trauma?" 

Lingga berusaha mengatur napasnya. Mendadak, wajah Hendra melintas di pikirannya. Ya, dia ingat, Hendra pernah mengatakan abangnya adalah psikolog.

Lingga segera mengambil teleponnya dan menghubungi Hendra. Tanpa banyak basa-basi, dia langsung menanyakan perihal kemungkinan hilang ingatan masa lalu gara-gara kejadian yang sangat buruk.

Hendra mengatakan apa yang tak ingin dia dengar. Katanya, ya, dia ingat abangnya pernah menceritakan pengalaman penanganan korban kekerasan di Poso dan Ambon. Banyak dari orang-orang itu kini tak bisa mengingat dengan baik kejadian buruk yang terjadi di masa lalu.

Setelah mendengarkan penjelasan Hendra, Lingga melakukan pencarian di internet melalui telepon genggamnya.

Ya, kata-kata Pak Pranadigjaya juga penjelasan dari Hendra, benar-benar sama. Trauma bisa menyebabkan seseorang mengalami hilang ingatan.

Apa itu juga terkait dengan hilang kesadaran yang aku alami akhir-akhir ini? Tanya Lingga dalam hati.

"Tapi, kalau begitu, Pak Pranadigjaya benar," kata Kunti Dewi ragu setelah Lingga menceritakan hasil pencariannya mengenai trauma.

"Ya, tapi sama sepertimu, aku sangat ketakutan pada dia. Aku tak bisa mempercayai sepenuhnya. Apa aku perlu bahas ini dengan Bhadra? Sekalian, aku ingin memastikan, mengenai pertemanan masa lalu itu," balas Lingga dengan nada nelangsa.

SelubungmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang