Merasuki Tubuh Kunti Dewi

1.7K 144 3
                                    

Dia ada di ruangan Bhadra. Melayang-layang tergoda dengan harum bunga warna oranye. Merasa aneh, Lingga melirik ke arah pantulan kaca.

Dia terperangah menyadari dirinya telah jadi Kunti Dewi. Tapi, dia tak bisa melakukan apa pun. Hanya melayang mengikuti. Masuk ke dalam bunga yang tampak seperti makanan begitu lezat.

Ketika dia tiba di dalam, dia kaget melihat butiran kecil bening berwarna merah yang lebih memukau dibandingkan bau harum bunga. Tergoda melihat kilapnya yang memaku mata, dia melayang mendekat. Namun, butiran kecil bening itu menghisapnya tanpa ampun.

Dia masuk ke dalam sebuah lorong yang menurun ke bawah. Lingga merasakan ada desiran rasa takut. Tapi, ketika dia berusaha menarik badannya, tidak bisa. Dia mulai panik. Dia seolah tersedot oleh kekuatan yang sangat besar. Dia menjerit melolong.

Buk!

Badannya menumbuk sebuah dinding yang pekat. Lingga merasa, bagian tubuh bawahnya terasa remuk.

Baru saja dia berdiri, tiba-tiba terlihat olehnya sesosok mahluk seperti campuran antara buaya, kelelawar, dan burung berekor. Sekilas, bentuknya seperti tyrex yang ganjil. Lingga terperangah.

Itu adalah Iframardah! Pikiran Lingga bercampur dengan pengalamannya sendiri. Dia merapatkan badan ke dinding.

Kepalanya persis kepala buaya yang taring-taringnya runcing menyembul dari mulutnya, bermata merah. Sayapnya lebar berwarna hitam dengan rangka tulang besar-besar. Ketika sayap itu mengepak, terdengar gemuruh bunyi udara. Kakinya empat dengan taji-taji yang meruncing, bercakar lima. Badannya dipenuhi sisik berwarna semu kehijauan, menutupi bagian tubuh sampai ke ekor yang mirip ular.

Ini jelas, Iframardah.

Lingga tak dapat bergerak untuk sejenak. Jiwa hantu Kunti Dewi yang kini menyatu dengan tubuhnya, terkejut menyadari golongan siluman jahat paling langka, yang dia dengar hanya dari cerita, kini menatapnya tajam.

Dia takut setakut-takutnya karena tahu artinya apa. Dia bisa mati. Menghilang selamanya dari dunia.

"Haruskah kuberi hadiah karena kamu sudah membantu kami mengelabui Lingga?" Siluman itu tertawa.

Apa?! Aku dikelabui? Pikiran Lingga bergaung.

"Apa maksudmu aku mengelabui Lingga?" Terdengar suara Kunti Dewi mendecit dari mulutnya.

"Kau memang bodoh. Golongan kuntilanak jelata yang sangat bodoh. Kau tak tahu sudah kami peralat untuk mempengaruhi pikiran Lingga. Tak peduli rumah batik perempuan buta sebelah itu melindungimu. Tapi, tidak apa-apa. Setidaknya kehadiranmu sangat berguna. Walau dulu, kehadiranmu sudah cukup membuat tetua kami sangat repot," balas sang siluman.

Kehadiranku membuat tetua Iframardah repot? Kehadiran yang mana?

Pertanyaan Kunti Dewi yang memantul dalam pikiran Lingga, bingung. Dia tetap merapatkan badan ke dinding.

"Kamu pikir, keberuntunganmu kali ini akan menyelamatkanmu? Hah!" Siluman itu mendengus kembali.

"Ap-Apa maksudmu?" Kunti Dewi memberanikan diri.

Kepala si siluman mendekat. Dia menjilatkan lidahnya ke badannya. Dari atas ke bawah. Basah. Panas menyengat. Lingga merasa tubuhnya yang masuk dalam tubuh Kunti Dewi, ikut menegang.

"Kamu tidak ingat dengan kejadian 19 putaran matahari lalu?" Siluman itu terbahak. Suara tawanya menggelegar. Memekakkan telinga.

Lingga merasakan pikirannya kosong.

19 tahun lalu, apa yang terjadi? Pikiran lain, pikiran Lingga sendiri bergaung kemudian. Apa Dewi mengalami kejadian yang sama denganku?

SelubungmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang