Bagian 13

6.1K 304 4
                                    

"Mama.. Papa..." Suara Riana sambil berlari menuju mama dan papanya yang baru saja mau menghampiri putrinya.

"Makin besar, makin nakal ya pulang sampai malam begini."

"Baru kali ini kok. Tadi juga rame-rame sama temen Ana, jadi pasti aman." Ucapnya sambil mengacungkan jempol.

"Iya sayang, percaya." Goda papanya sambil terkekeh.

"Udah sana siap-siap tidur, kamu udah makan?"

"Umm.. udah aku mau langsung tidur aja mah."

"Yaudah good night sayang."

"Good night too mahh, pah." Ucap Riana lalu mengecup pipi mama dan papanya bergantian. Hari ini rasanya campur aduk, tidak bisa di ungkapkan dengan kata-kata, tapi intinya Riana merasa lebih lega dan ringan pikiran.

"Semoga kedepannya lebih baik."

***

Nadin menatap langit-langit kamarnya sendu.

"Semua berantakan." Gumamnya sambil memeluk guling.

"Mendapatkan hatimu sangat sulit, seperti meraih bintang di langit, sedangkan aku hanya berdiri di tanah bumi. Kedengarannya saja sudah mustahil."

Berlahan Nadin mengangkat tangannya, di langit-langit kamarnya sengaja ia pasang dekor bintang-bintang, jika lampu kamarnya di matikan, bintangnya seolah menyala. semacam dekor glow in the dark.

Kamu indah Rio. Kamu menarik. Kamu baik. Kamu humoris. Sayangnya aku susah memilikimu.

"Aku hanya bisa diam, dan melakukan hal bodoh supaya dapat perhatianmu, sementara dahulu saat kita masih terikat sebuah kerjasama dalam organisasi, tanpa harus aku bertindak bodoh seperti sekarang, aku bisa di dekatmu dengan waktu yang lebih lama, sayangnya dulu aku meremehkanmu, terlalu gengsi bahwa aku tak jauh beda dengan gadis di luarran sana yang selalu mengagumimu."

"Dulu aku boleh bodoh, sekarang tidak!!"

***

"Mukanya biasa aja dong, gausah sok cuek gitu sama aku, Yo. Emang aku ada salah ya?" Tanya Dika polos.

Rio hanya sibuk dengan ponselnya.

"Paling kesel kalok di ajak ngobrol tapi di tinggal main hp. Udahlah aku pulang aja."

"Jelasin dulu." Sela Rio.

"Jelasin apa?"

"Kamu pulang bareng Riana dan aku nggak suka!" Ucap Rio sudah dengan nada kesal.

"MasyaAllah. Jadi karna ini kamu cuekkin aku? Jangan kayak anak kecil yang baru mulai pacaran gitu dong, jijik aku." Jawab Dika sambil tertawa.

"Jangan kebanyakan menghindari pembicaraan. Maksudmu apa kemarin Sabtu?"

"Aku antar Ana pulang, karna aku lihat dia berdiri di Halte sendirian. Udah sore juga, nggak baik anak cewek pulang sendirian sore-sore."

"Aku serius Dik!"

"Aku juga serius, kamu itu lebay deh Yo, seharusnya kamu terimakasih sama aku." Ucapnya sambil menyedot minumannya.

"Jangan ulangi lagi. Aku nggak suka liatnya." Ucapnya mulai datar.

"Sama sahabat sendiri segitunya, terserah dah." Jawab Dika.

Silent ✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora