Bagian 23

5.1K 241 0
                                    

Sepulang sekolah Rio langsung tancap gas menuju rumah Riana, massa bodoh tentang Riana menyuruhnya untuk tidak berkunjung dulu. Dirinya sudah tidak bisa membendung ke khawatirrannya lagi.

Tak butuh waktu lama akhirnya Rio sampai di depan rumah Riana, dengan cepat ia turun dadi motornya dan menekan bell di pintu gerbang.

"Assalamualaikum.." ucap Rio sambil terus menekan bell rumah Riana . Tiba-tiba seseorang membuka gerbang.

"Waalaikumsalam. Ada apa den Rio?" Tanya pembantu harian yang masih ada jam kerja.

"Belom pulang bi? Riananya ada?" Tanya Rio sambil melirik kamar Riana di atas.

"Tadi sekeluarga pergi den sekitar jam 11 an." Jawab pembantu rumah tangga Riana.

"Pergi? Kira-kira pulang jam berapa ya bi?" Tanya Rio lagi.

"Kurang tau den. Kayaknya nginep. Soalnya bawa baju ganti. Tadi bibi bantu-bantu beberes."

"Gitu ya, bibi tau pergi kemana?"

"Kurang tau den. Bibi gak nanya."

"Yaudah makasih ya bi. Rio pamit dulu." Ucap rio di akhir.

"Iya den, hati-hati pulangnya."

Rio kembali menaiki motornya dan memasang helm.

Pikirannya terus berpikir dimana keberadaan Riana sekarang.

Rio menancap gasnya dan segera kembali ke rumah.

***

Sore ini Vanny keluar rumah untuk membelikan pesanan ibunya yang menyuruhnya untuk membeli minyak goreng di supermarket depan gang kompleknya.

"Tega banget mama nyuruh anaknya beli minyak goreng maghrib begini. Banyak nyamuk." Vanny mengayuh sepedanya dengan kecepatan sedang. Gadis ini memang tidak minat untuk menggunakan motor. Karna menurutnya jatuh dari motor lebih sakit dari pada naik sepeda.

"Tapi lumayan deh sekalian olahraga sore."

Semakin kesini dengan semangat Vanny mengayuh sepedanya cepat. Karna tak kuat dengan nyamuk yang sesekali hinggap di lengannya.

Brukk..

Tepat saat di tikungan, pengendara motor dengan ngawur menabrak Vanny yang baru saja melintas. All hasil Vanny jatuh dari sepedanya. Pengendara motorpun yang sempet goyah langsung melajukan motornya dengan cepat.

"WEIII!!! Kenapa harus selalu begini." Teriaknya di awal, sambil memegangi kaki yang sudah berdarah terkena jalanan yang tak rata aspal dan tertimpa sepeda.

"Sial! Yang nabrak kabur lagi. Mana komplek sepi. Satpam mana sihh." Gerutu Vanny menahan air mata kesakitan.

Berlahan Vanny berdiri, jarang ada orang yang lewat daerah kompleknya, berlahan dengan menahan sakit dan hati-hati. Gadis itu berdiri pincang.

"Aduh banyak juga lukanya. Eh, MasyaAllah sepedaku." Vanny melihat bentuk roda depannya yang tak lagi bundar. Berlahan air mata turun dari matanya.

"Udah sakit, sepeda rusak." Vanny langsung mengusap air matanya cepat. Ia memang tipe gadis yang gampang menangis. Tapi tak bermaksud lemah. Ia cuma tdk bisa mengontrol emosinya.

Sedikit lagi ia sampai di supermarket. Dengan berat hati Vanny menuntun sepedanya dengan kaki pincang.

"Aduh ada motor." Saat Vanny hendak menyebrang, ia memilih untuk mundur lagi dan menunggu motor itu lewat. Ia takut keteledorannya membuat ia makin terluka.

Setelah motor melintas. Vanny kembali melanjutkan perjalanannya dengan pincang.

"Tahan deh. Kalok gak kuat naik gojek." Ia melirik kakinya yang sudah berdarah. Menahan rasa sakit yang sesekali luka terterpa angin. Tiba-tiba suara motor dari arah depan mendekat.

Silent ✔Where stories live. Discover now