Bagian 45

4.5K 230 4
                                    

Seminggu berlalu. Tak ada kabar sama sekali mengenai Riana yang ia dengar. Hari-harinya terasa sangat berbeda dari sebelumnya. Kini, Rio lebih menyibukkan diri untuk mencalonkan diri menjadi ketua OSIS, karna masa jabatan Akbar sebentar lagi akan selesai.

Tak jarang banyak orang yang menanyai Riana pada Rio sendiri. Begitupun dengan ketiga teman dekat gadis itu.

"Serius kamu gak di kabarin Ana?" Tanya Ara yang terlihat khawatir. Terakhir mereka melihat keadaan Riana, sewaktu satu sekolah di gemparkan Riana tak sadarkan diri di ruang ganti.

"Udah lama gak kontakkan." Jawab Rio sambil memberesi beberapa berkas di meja kerjanya.

"Beberapa hari lalu juga kita kerumahnya. Dia juga gak ada disana. Ini udah seminggu loh, bahkan lebih. Tapi kita sama sekali gak tau keadaan Ana. Kita cari Nando juga gak ada di sekolah." Rio memasukkan tumpukkan kertas ke dalam tasnya dengan tenaga lebih, terdengar tak suka jika seseorang menyebut nama Nando di depannya.

"Mereka pindah sekolah mungkin." Ucap Rio begitu saja.

"Serius kamu?" Sela Nadin terkejut.

"Tapi kenapa? Kenapa malah sama Nando, bukan sama kamu." Rio akhirnya mendongak melihat ke arah Putri yang baru saja melempar pertanyaan itu.

"Aku sama Riana udah putus." Ketiganya terdiam. Mendengar jawaban Rio yang tak terduga.

Tak mau basa-basi lagi, Rio meninggalkan ketiganya di ruang OSIS dan memilih untuk segera pulang.

"Rio." Seseorang memanggilnya saat dirinya keluar dari ruang OSIS.

"Kita jadi pulang barengkan?" Zoya melingkarkan tangannya di lengan Rio dan menyenderkan kepalanya di bahu pria itu.

"Iya." Jawab Rio tak mau ribut. Lalu keduanya berjalan keluar gedung menuju parkiran.

"Kok kesel ya liatnya. Pasti Ana sedih banget ngeliat Rio berubah begini." Ucap Ara yang melihat pemandangan menjijikkan di depan mereka.

"Kok tega-teganya sih Rio begitu? Aku kira dia itu tipe perfect boy gitu. Ternyata semua cowok ganteng sama aja, playboy." Ucap Putri di barengi anggukkan setuju Nadin.

"Yang paling penting itu Ana. Aku masih penasaran dia ngilang kemana. Aku cuma khawatir sama kondisinya, dia juga hampir ketinggalan banyak materi."

"Tanya ketua kelas Nando aja. Minta nomer tu cowok, abis itu kita tanya deh, pasti taukan Ana dimana." Usul Nadin.

"Cerdass!" Jawab Ara dan Putri bersamaan.

***

Rio memasukkan motornya ke dalam garasi. Sedikit bingung karna pintu gerbang terbuka dan ada satu mobil yang terlihat asing.

Bisa ia tebak bahwa ada tamu di rumahnya sekarang.

Rio memasukkan kunci motornya ke dalam saku celana dan mulai melangkah masuk ke dalam rumah lewat pintu samping.

"Rio." Langkahnya terhenti sewaktu seseorang memanggilnya saat dirinya berjalan dari belakang ruang tamu. Sudah pasti bundanya melihat dirinya sekarang.

"Iya bun." Rio berjalan mendekat, dan memasukki ruang tamu. Tak menyangka bahwa yang datang adalah keluarga Riana. Tapi tanpa keberadaan gadis itu di tengahnya.

"Ayo sini duduk dulu." Rio menurut dan duduk di samping bundanya.

"Bagus kalau Rio sudah ada disini." Andre, ayah Riana mulai angkat bicara. Lalu menatap tegas Rio.

"Saya cukup kecewa mendengar kamu memutuskan hubungan dengan Ana. Awalnya memang kita sudah kecewa, tapi kita masih memberi kamu kesempatan dengan memberikan kamu peringatan tegas. Tapi sayang, kesempatan kami seolah di sepelekkan sampai kamu memutuskan untuk menyudahi semuanya."

Silent ✔Where stories live. Discover now