Bagian 28

4.8K 325 1
                                    

→ Vote dulu sebelum membaca ←

Pagi ini Riana dengan perasaan campur aduk masuk ke dalam gedung sekolahnya beriringan dengan Rio. Pandangan sinis dan tak suka di tunjukkan secara terang-terangngan di depan mata Riana. Membuat gadis itu terus menghembuskan nafasnya.

"Abaikan mereka semua An." Ucap Rio seolah mengerti ketidak nyamanannya. Riana mengangguk setelah Rio menepuk pundaknya.

Setelah mengantar Riana sampai kelas, Rio menuju ruang OSIS untuk memberikan hasil kerjanya pada Akbar.

"Rio kemana aja kamu?" Tanya Akbar yang selalu ready di ruang OSIS sebelum bel masuk bunyi.

"Kemarin ada hal mendesak. Jadi gak sempet ngabarin. Sorry bang." Ucapnya sambil menata berkas di meja kerjanya sebagai sekretaris.

"Apa ada tugas tambahan buat aku?" Tanya Rio sebelum ia keluar dari ruang OSIS.

"Tidak ada, kamu sudah cukup membantu mendapatkan beberapa sponsor pendukung untuk acara kita. Itu sudah cukup. Semua tugas dalam acara sudah di atur." Rio mengangguk mengerti.

"Oiya bang, apa anggota OSIS juga bisa tampil di pensi?"

"Emm, tidak."

"Tidak bisa?" Tanya Rio khawatir.

"Tidak wajib maksudku hahaha, selama tidak mengganggu tugas wajib mereka. Sah-sah saja kalau mau ikut serta pensi. Kamu disuruh untuk mewakilkan kelas ya?" Tanya Akbar yang kini sudah santai.

"Bukan, tapi aku ikut mewakilkan kelas lain."

"Maksudmu?" Akbar nampak bingung.

"Bisa di bilang aku bakal berduet dengan anak kelas sebelah." Ucap Rio dengan hati-hati.

"Menarik. Sebenarnya itu tidak masalah asal kelasmu menyetujuinya."

"Itu urusan gampang. Aku duluan ya bang."

"Oke Yo." Lalu Rio melangkah pergi keluar ruang OSIS dengan senyum manisnya.

Mari kita buktikan semuanya Riana.

***

"Ana datang, pelanin suaramu." Bisik mereka yang sedang membuat kubu untuk bergibah.

Mata mereka langsung menuju ke arah Riana yang mencoba untuk mengacuhkan tatapan yang paling ia benci itu.

Sabar Ana. Tutup telingamu rapat-rapat.

"Dia naif ya. Aku benci gadis naif. Kelakuannya aja polos dan menutup diri. Ternyata kelakuannya sama saja munafik." Sindir keras salah satu teman kelasnya.

Brukk!

Gebrakkan keras pada meja membuat semua perhatian tertuju pada sumber suara. Dengan wajah garangnya Putri berdiri disana.

"Itu mulut minta di plester ya?!" Sentak Putri tak suka.

"Gak usah cari sensasi Put. Lebay banget." Wanda, gadis yang berani mencurahkan kekesalan teman-teman sekumpulannya di depan Riana maupun Putri saat ini.

"Oh God. Menyedihkan sekali Wanda. Kamu gak sadar kalok kamu itu yang cari sensasi, biar semua orang melirikmu dan menyetujui gibahhan ularmu itu? Dan kamu masih gak nyadar kalok kelakuanmu itu yang lebay. Apalagi dandannanmu itu loh. MENOR, NORAK, BERLEBIHAN."

"Aku kasih tau ya Wan. Ini sekolah bukan tempat dugem." Lanjutnya.

Brukkk!

Gebrakan lebih keras dari sebelumnya. Membuat satu kelas dan orang yang lewat di depan kelasnya geger.

Silent ✔Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu