Bagian 50

4.9K 304 2
                                    

Vote dulu hayyo🔪🔪 *auto author kejam😈 wkwkwk*

Rio menyelipkan rambut Riana kebelakang telinga gadis itu. Menatap lekat kedua manik mata indah yang selalu meluluhkan hatinya.

Tinggal menghitung jam. Rasa kekhawatirannya terhadap gadis ini terlalu besar. Tangannya terlalu possessiv menggenggam erat tangan Riana, matanya tak lepas memperhatikan setiap gerakkan bahkan deru nafas Riana sekalipun.

"Udah hampir 10 menit kita begini. Kan bukan mahramnya kamu pegang-pegang aku lama-lama, apalagi natap mata aku lebih dari satu kedippan." Ucap Riana lalu melepaskan genggaman tangan Rio.

"Jadi itu kode?" Goda Rio sambil menaik-turunkan alisnya.

"Kode apa?"

"Kode buat ngelamar kamu jadi istriku, bukan tunangan lagi." Sela Rio yang masih setia memainkan rambut Riana.

"Main mikir nikah aja. Sekolah dulu yang bener! Mau dikasih makan apa keluarga kita nanti, kamu aja belom ada penghasilan. Mau enaknya aja." Riana menyentil hidung Rio yang menertawakannya.

"Dikasih makan nasi lah, masa makan rumput. Mana tega aku." Jawab Rio sambil cekikikkan.

"Terserah lah. Gak pernah serius kalok di ajak ngomong." Riana melipat kedua tangannya di dada. Lalu memunggungi Rio.

"Jangan marah dong, yang. Empat hari lagi kita anniversary loh." Rio memeluk Riana dari belakang, spontan gadis itu bergerak kegelian karna pelukkan Rio dari belakang.

"Geli Rio. Jangan bagian perut." Riana bergerak menjauh, ia sudah tau bahwa empat hari lagi adalah hari anniv mereka ke 4.

"Inget gak?" Tanya Rio lagi.

"Anniv?" Tanya Riana.

Rio mengangguk semangat.

"Kan kita udah putus. Gak ke itung lagi dong 4 tahunnya." Jawab Riana. Membuat Rio mengkerutkan keningnya.

"Putus? Siapa bilang." Tanya Rio. Sedangkan Riana menaikkan bahunya acuh. Lalu berjalan masuk ke dalam rumah.

"Sayang.. iya-iya aku tau. Aku nyesel udah mutussin semuanya sepihak." Riana menoleh cepat.

"Dan sampai sekarang kamu juga belum jelasin apapun ke aku. Kamu itu makin kesini, makin nyelepek in aku tau gak." Riana menepis genggaman tangan Rio.

"Iya yang. Pasti aku jelasin, semuanya. Tapikan waktunya belum ada yang pas buat—"

"—Oh gitu? Nunggu waktu yang pas ya? Dan sekarang kamu udah bisa peluk-peluk aku. Deket aku lagi, manggil aku sayang. Padahal aku masih kecewa sama kamu Rio! Kamu itu cari kesempatan doang." Sentak Riana kesal.

"Loh kok jadi marahan gini. Maksud aku nunggu waktu yang pas itu, waktu kita bisa bener-bener berduaan."

"Terus kalok sekarang bukan berduaan namanya apa? Oh aku tau, berarti di hatimu itu masih ada orang lain. Itukan maksudnya?" Riana berbalik membelakangi Rio.

"Kalok ngomong jangan ngasal dong, yang. Orang lain siapa maksud kamu? Orang cuma kamu doang di hati aku. Gak percaya, belah nih dadaku." Ucap Rio sambil terus membujuk gadisnya. Namun tak main-main, Riana langsung meraih pisau di atas meja, pisau bekas memotong apel yang sempat ia bawa ke taman belakang rumah.

Rio hanya menyengir takut, lalu menurunkan pisau yang di bawa Riana berlahan.

"Ya jangan dong. Itukan cuma perumpamaan. Mending sekarang kita masuk ke rumah ya, udah mendung." Riana menepis tangan Rio.

"Kapan mau jelasinnya?" Tanya Riana lagi, sambil menatap Rio serius.

"Nanti sayang. Nanti pasti ada yang kasih tau. Kamu sabar dulu ya." Rio mencoba meraih tangan Riana, namun gadis itu kembali mundur.

Silent ✔Where stories live. Discover now