Bagian 18

6K 284 0
                                    

Riana memeluk gulingnya erat. Rasanya ia ingin berteriak. Sedari tadi Riana menahan semuanya, rasa senang sampai terkejut. Malam ini adalah malam istimewa buatnya. Cara Rio tersenyum, cara pria itu menatapnya sampai memasangkan cincin ke jari manisnya, semuanya ia tahan supaya tidak terlihat begitu terkesima.

"Rio.." lirihnya sambil sesekali memandang ponselnya yang terdapat foto dirinya bersama Rio.

"Aku jadi malu." Ucap Riana seperti gila sendiri.

"Kalok gini caranya, aku gak bisa tidur." Riana menenggelamkan wajahnya di bantal.

"Gak bisa!! Aku gak bisa tidur. Apa aku terlalu berlebihan ya." Riana meraih ponselnya dan jarinya dengan lihai mencari kontak Rio. Menekan panggilan ke nomor Rio.

Riana mengihit bibir dalamnya, berharap Rio segera mengangkat telponnya. Saat Riana menunggu tiba-tiba disana sudah muncul wajah Rio sambil menyapanya.

Riana terkejut dan langsung menegakkan duduknya.

"Kamu ih!" Kesal Riana karna Rio yang tiba-tiba mengubah modenya menjadi video call.

Riana meletakkan ponselnya di kasur lalu merapikan rambutnya, setelah itu ia kembali meraih ponselnya dan bertatap muka dengan Rio.

Rio tertawa.

"Ada apa?"

"Gakpapa, lucu aja. Tumben jam 12 malem telpon aku. Kangen? Atau gak bisa tidur karna mikirin aku?" Tanya Rio dengan penuh percaya diri.

"Percaya diri banget ya bapak. Itu kepencet, aku lagi chat sama temen. Eh, malah kepencet kamu." Alibi Riana yang tak mau ketahuan Rio bahwa dirinya tak bisa tidur karna pria itu.

"Oh gitu ya. Padahal aku berharap kamu telpon karna emang kamu gak bisa tidur." Lalu Rio memasang wajah sedihnya. Riana tertawa dalam hati, lalu mengubah posisinya kembali tiduran. Riana menarik selimutnya hingga dada.

"Iya sebenernya, aku gak bisa tidur karna mikirin kamu." Jawab Riana tiba-tiba sambil melempar senyum.

Rio tersenyum.

"Tuhkan, jadi pengen peluk." Jawab Rio gemas.

"Udah ah kamu tidur, besok sekolah."

"Iya sayang, besok aku jemput ya." Riana mengangguk. Lalu ia menguap.

"Nah aku udah mulai ngantuk nih. Ngeliat kamu kayak bantal." Ucap Riana sambil cekikikkan. Rio tersenyum dan ikut merubah posisinya menjadi berbaring di kasur.

"Yaudah kamu tidur aku liattin dari sini. Nanti aku yang matiin." Ucap Rio. Sambil memasang posisi tidur yang nyaman juga.

"Good night, Riana. I love you." Ucap Rio saat Riana mulai menutup matanya, tidur. Riana tersenyum.

"Good night Rio, love you too." Balas Riana dengan mata tertutup.

***
Keesokkan paginya Riana masih terlihat kurang tidur. Ia merasa masih ingin tidur lebih lama lagi, tapi kewajiban, menuntut ia untuk tetap bangun dan berangkat sekolah. Riana tersenyum. Mengangkat tangan kiri di hadapannya. Cincin sederhana yang berada di jari manisnya seolah adalah semangat untuk pagi yang memalaskan baginya.

Riana beranjak dari kasur, meraih handuk serta baju ganti lalu masuk ke kamar mandi.

Sedangkan disisi yang berbeda Rio sudah lebih dulu bersiap. Ia mengerjakan tugasnya untuk hari ini yang belum sempat ia kerjakan semalam. Hanya butuh waktu kurang lebih 10 menit untuk menuntaskan 15 soal matematika.

"Sayang, kok gak turun? Ayo sarapan nanti telat loh." Ucap bundanya yang tiba-tiba membuka pintu kamar Rio.

"Iya bun, Rio susul." Jawabnya sambil membereskan tas.

Silent ✔Onde histórias criam vida. Descubra agora