Bagian 35

5K 294 2
                                    

Vote dulu gak mau tau😖

***
Rio sudah nyaman mendaratkan kepalanya di pangkuan Riana sambil memejamkan mata. Sembari menunggu Vanny mengobati luka Bagas di bagian kursi depan.

Tangannya yang hangat menambah kenyamanan Rio, saat Riana tengah mengusap-usap lembut rambutnya. Sentuhhan sederhana gadis ini selalu mampu menenangkan hatinya.

Rio meraih tangan Riana yang masih mengusap puncak kepalanya, lalu memindahkannya untuk ia dekap dalam tidurnya.

Riana tersenyum, sebenarnya dirinya masih begitu cuek dengan Rio. Tentang masa lalu pria itu lebih tepatnya. Sehabis ini ia berniat untuk menanyakan semuanya pada Vanny.

***

Keadaan Rio cukup membuat orang tua Rio panik. Tapi sebisa mungkin Riana mencoba menjelaskan, dan mereka juga mencoba mengerti keadaan anaknya.

"Makasih ya sayang, udah jagain Rio." Ibunda Rio mengusap rambut Riana lalu mendekap tubuh mungilnya. Rianapun dengan senang hati membalas pelukan bunda Rio.

"Rio juga selalu jaga Riana. Jangan marahin Rio kalau dia udah bangun ya tante. Buat besok Riana izinin ke guru kalau Rio izin gak masuk dulu." Wanita itu mengangguk lalu kembali berterimakasih.

"Yaudah. Riana pamit pulang ya nte, ini juga udah malem. Takut papa sama mama cariin." Mereka melepas pelukkan lalu beranjak dari duduk.

"Kamu pulang naik apa?" Tanya ibunda Rio.

"Naik ojek di depan gang." Balas Riana sambil membenahi sweater nya.

"Loh jangan. Kamu di antar Rio aja ya." Mendengar itu Riana langsung menolak cepat.

"Udah biasa kok tante. Gakpapa. Lagian jalannya juga rame, jadi aman." Ucap Riana mencoba meyakinkan Ibunda Rio.

"Tetep aja sayang, bahaya. Tunggu sebentar ya." Belum selesai mengambil langkah, Rio sudah keluar dari kamarnya dengan pakaian rapi.

"Nah kan, anak bunda emang peka banget." Goda ibundanya lalu mendekati Rio.

"Bandel kamu ya, berantem-berantem lagi. Kalau sampek ayahmu tau. Bisa lebih bonyok muka anak bunda." Rio menyengir. Lalu melendoti bundanya seolah mencari perhatian untuk berhenti di omelli.

"Yaudah sana kamu anter Riana pulang." Rio langsung menegapkan badannya siap.

"Oke, Rio anter tuan puteri dulu ya. Ibu negara." Rio lalu mencium pipi bundanya cepat dan menarik Riana pergi sebelum ibundanya mengomel lagi.

***
Bagas meraih tangan Vanny lalu mencium punggung tangannya.

"Udah dong marahnya." Ucap Bagas yang masih setia menunggu maaf dari Vanny.

"Aku gakpapa sayang." Goda Bagas.

"Gakpapa-gakpapa gimana! Kamu sama Rio di keroyok kayak begitu gimana aku gak panik. Apalagi kalian pakek acara ngeles segala! Aku gak suka kamu begini lagi Gas." Ucap Vanny masih di liputi rasa khawatir.

"Iya, iya maaf. Besok-besok bilang deh."

"Bilang gimana! Aku itu gak mau kamu berantem lagi. Bukan malah bilang minta izin mau berantem lagi." Bagas langsung mendekap tubuh Vanny.

"Iya maaf." Tak ada jawaban, tapi tangan Vanny membalas pelukan Bagas.

"Makasih udah perjuangin aku. Aku gak perlu kamu ataupun Rio maju buat ngadepin mereka. Aku cuma butuh kalian tetep ada di samping aku. Terlebih kamu Gas." Balas Vanny sambil menyembunyikan wajahnya di dada Bagas.

Silent ✔Where stories live. Discover now