Bagian 38

4.9K 285 14
                                    

Vote dulu sebelum baca ya💜

***
"Nad, kira-kira Ana dapet kelompok sejarah yang mana ya? Secara tadi dia udah pulang duluan. Wanda emang keterlaluan gak ngasih tau pengumuman pembagian kelompok ke Ana. Mana grup kelas dia gak dimasukkin." Ucap Ara sambil sesekali mencomot pisang goreng buattan Putri.

"Aku gak sempet kasih tau dia juga. Tadi kan dia udah keburu keluar." Ara mengangguk.

"Oiya, coba kamu chat aja dia." Sela Ara lagi. Putri yang baru datang dari kamarnya langsung duduk di samping Ara.

"Ngapain sih mikirin Ana! Dia aja udah bohong sama kita." Ucap Putri masih terlihat kesal dan marah.

Ara dan Nadin menoleh ke arah Putri.

"Kalok kejahatan di balas sama kejahatan gak bakal ada orang baik di dunia ini Put. Pasti Ana punya alasan nutupin hubungannya sama Rio. Justru di keadaan seperti ini Ana butuh kita." Nadin yang masih ragu untuk menolong Ana jadi merasa mendapat pencerahan sewaktu Ara mengatakan itu. Disini memang sikap Ara netral walaupun dia lebih dekat dengan Putri.

"Mau sampek kapan kita begini? Jujur ya, aku suka berteman dengan Ana. Dia baik, apa adanya. Dia memang pendiam kan? Wajar dia takut buat kasih tau kita. Dia diam mungkin juga karna mau jaga perasaanmu Put. Coba kamu pikirrin deh Put, sakit hatimu gak sebanding sama penderitaan Ana yang di pojokkin begini. Pasti sakit lahir batin tuh. Serius ya aku gak tega kalok kita ikutan musuhhin dia." Sela Ara untuk meyakinkan temannya.

"Tapi tetep aja, aku ada sakitnya kalik Ar. Mereka itu udah tunangan, bukan pacaran kayak pasangan biasanya. Hubungan mereka udah serius." Jawab Putri mencurahkan uneg-unegnya.

"Mereka udah ada hubungan jauh sebelum masuk SMA kita kan? Rio sendiri yang bilang. Udahlah Put, kayak gak ada cowok lain aja. Lagian Rio juga gak ngerespect kalian semua. Percuma juga kan? Apa untungnya nyuduttin Ana kalok kenyataannya aja Rio juga cuek begitu." Putri terdiam, Nadin semakin diam. Keadaan hening. Apa yang di katakan Ara sangatlah benar. Mereka tak lebih dari seorang pengagum yang tidak akan terbalaskan rasa suka maupun cintanya dari Rio.

"Kalok kalian gak mau hubungi Ana buat kasih tau tugas ini, biar aku yang kasih tau. Kasian kalik! Kalian gak ada hati apa. Kalok dia gak dapet nilai kelompok gimana?" Ara meraih ponselnya.

"Biar aku aja Ar." Sela Nadin.

"Nah gitu dong." Ara tersenyum lalu melirik ke arah Putri dan menepuk bahu sahabatnya.

"Kamu cantik Put. Aku yakin masih ada stok cogan yang bakal nempel ke kamu. Gak usah repot-repot kamu kejar kayak kamu ngejar Rio." Ucap Ara sambil terkekeh.

"Aku suka mergokkin Ana nangis sendirian. Apa aku juga jadi jahat karna sikapku ini Ar?" Nadin yang mendengar itu ikut menoleh.

"Iya, kalau kamu masih begini kamu itu jahat dan gak jauh beda sama Wandakkb" Jawab Ara membenahi maksud Putri.

"Kalok gitu Ana suruh masuk kelompok kita aja. Lagipula makin kesini aku malah makin gak mikirin Rio. Berasa capek sendiri gak di tanggeppin. Bener kata kamu Ar. Cinta yang gak dewasa cuma mempersempit pemikiran kita doang." Ara langsung memberi tepukan tangan pada Putri di susul dengan Nadin.

"Jarang-jarang Putri bijak." Ucap Ara sambil terkekeh.

"Yee, dasar."

Silent ✔Where stories live. Discover now