Bagian 54

5.1K 293 2
                                    

Vote🌟dulu sebelum baca. Ntar di cium Rio kalok enggak👿

***Mata Rio tak lepas menatap Riana terang-terangan dari sebrang meja makannya

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.


***
Mata Rio tak lepas menatap Riana terang-terangan dari sebrang meja makannya. Riana hanya bisa mengalihkan pandangan dan terfokus pada pembicaraan kedua orang tua Rio padanya. Tiba-tiba saja dirinya jadi grogi sendiri.

"Ana kalau mau nambah, bunda ambilkan ya." Dengan sopan Riana menggeleng pelan dan berterimakasih, lalu beberapa menit kedepan. Orang-orang yang berada di meja makan sudah mulai selesai dengan kegiatan makan malam mereka.

Riana beranjak dari kursinya dan membantu ibuda Rio untuk memberesi piring-piring kotor.

"Gak perlu sayang, biar bunda saja ya." Sela wanita itu menahan tangan Riana yang ingin membantu.

"Gakpapa bun, kalau cuci piring Ana jago kok." Wanita itu tersenyum.

"Kamu taro piring ini di cucian piring aja ya sayang. Tuh, Rio dari tadi gak berhenti ngeliatin kamu. Setelah ini bunda ceritakan semuanya." Riana akhirnya menyerah lalu mengangguk setuju.

Setelah membantu mengangkuti piring kotor ke cucian piring, Riana menghampiri Rio yang masih duduk di meja makan, menghadapnya.

Melihat Riana menghampirinya, Rio segera beranjak dari duduk.

"Hai Riana." Gadis itu tersenyum.

"Kamu kebablasan." Riana mengkerutkan keningnya bingung lalu berhenti melangkah. Jarak mereka tinggal satu langkah.

"Kebablasan apa?" Tanya Riana.

"Kebablasan cantiknya." Jawab Rio dengan logat jowonya lalu menangkup pipi Riana yang merona.
Kemudian pria menekan pipi Riana, dan menghimpit kedua pipi gadis itu dengan kedua tangannya yang besar, hingga mulut Riana berubah bentuk seperti bibir ikan yang imut.

"Liyoo!" Panggil Riana tak begitu jelas karna pipinya yang di tekan gemas oleh pria di hadapannya. Berlahan Rio memajukan wajahnya hingga jarak mereka mendekat, spontan Riana melotot kaget dan mendorong Rio jauh. Sungguh di luar dugaan, Rio berani melakukan hal ke ekstrim ini di dekat meja makannya yang bisa saja orang rumah lihat.

"Rio gak boleh gitu." Sela Riana yang sudah mundur beberapa langkah.

"Yaudah yok di kamarku aja." Rio meraih tangan Riana, lalu segera di tepis kuat oleh gadis itu.

"Ngg.. nggak. Aku maunya di tempat terbuka, gak baik yang bukan mahramnya berduaan di dalam kamar. Kamu gak boleh kayak gitu lagi." Rio memanyunkan bibirnya, lalu kembali tersenyum saat matanya terlihat memiliki ide lain.

Kenapa Rio yang sekarang terlihat polos dan menggemaskan.

"Kalok gitu di taman belakang aja. Berduaan, mau?" Tanya Rio dengan ide terakhir. Akhirnya Riana mengangguk.

Lalu mereka berjalan menuju taman belakang dan memilih duduk di tengah-tengah taman itu. Menatap luasnya langit bumi dari bawah sana.

Rio memperdekat jarak duduk antara dirinya dan Riana. Membuat Riana menjadi harus was-was dengan perlakuan Rio yang tidak bisa di duga.

Silent ✔Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ