Bagian 39

4.6K 258 8
                                    

◈Jangan lupa votenya, sebelum baca
Komen untuk next langsung◈

***
Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Tapi Rio belum bisa memejamkan matanya untuk tidur. Riana juga belum kunjung sadar sejak 3 jam yang lalu, tangannya sedari tadi tak lepas menggenggam tangan Riana yang sudah mulai hangat.

Rio berlahan mengarahkan kepalanya di samping tangan Riana dan memejamkan mata berlahan. Rasanya sangat nyaman, tidur di dekat Riana.

Belum sempat terlelap, tiba-tiba pintu kamar gadis itu terbuka menampakkan sosok laki-laki berjalan mendekat dengan raut wajah gelisah dan khawatir. Langkahnya mendekati Riana. Mengetahui hal itu Rio langsung berdiri dan mencegah.

Laki-laki itu menepis Rio untuk menyingkir dari hadapannya. Namun Rio kembali menarik dan mendorong tubuh laki-laki di hadapannya.

"Aku mau ketemu Riana!" Akhirnya angkat bicara karna perlakuan Rio yang mulai kasar.

"Ini bukan jam besuk. Kamu bisa balik lagi besok, sekarang Riana lagi istirahat." Alasan Rio supaya tamu tak di undang itu segera pergi.

Tak mengubris jawaban Rio, ia memilih untuk tetap melihat keadaan Riana.

"Nando!" Panggil Rio dengan nada menyentak. Pria itu menoleh, karna Rio memanggilnya Nando sedangkan nama itu hanya di ketahui Riana.

"Berhenti dekati Riana." Lanjut Rio setelah pria itu menoleh.

"Seharusnya kamu gak kembali lagi, setelah membuat luka." Nando masih terdiam, apa Riana sudah menceritakan semuanya pada Rio?

"Aku dan Riana sudah bertunangan. Gak seharusnya kamu masih dekat dengan Riana." Ucap Rio lagi seolah ingin memojoki Nando akan kenyataannya.

"Aku gak peduli seberapa spesial hubungan kalian." Ucap Nando tanpa menyerah.

"Jelas aku sangat peduli dengan hubunganku dan Riana. Aku gak mau perusak hubungan macam kamu ada di antara aku dan Riana." Sentak Rio sambil mendorong tubuh Nando untuk menjauh. Tapi Nando belum menunjukkan sikap berontaknya.

"Segitu bangganya kamu mempertahankan hubunganmu dengan Riana? Padahal kenyataannya Riana itu hanya tersiksa berada di dekatmu. Kamu itu bisanya cuma menuntut Riana untuk bertahan! Tapi gak pernah lihat perasaan dia di sudutkan." Sentak Nando tak mau kalah. Sudah cukup ia diam dan membiarkan Riana bahagia dengan Rio. Tapi kenyataannya tidak, gadis itu malah terluka dan berujung terbaring lemah disana.

"Bahkan aku lebih lama bersama Riana. Kamu gak berhak ngatur Riana harus berteman dan dekat sama siapapun! Kalau saja aku masih bertahan di sampingnya sampai saat ini, kamu pasti bukan apa-apa dimata Riana." Jelas Nando yang menyadarkan posisinya di hidup Riana jauh lebih spesial ketimbang Rio.

"Apapun alasanmu, tetap saja Riana itu milikku. Mau kamu teman dekat ataupun sahabat kecilnya, aku juga tidak peduli. Aku mau kamu berhenti dekati Riana. Aku bisa menjaga Riana sendiri, mulai detik ini aku usahakan gak akan ada lagi celah untuk pengganggu." Ucap Rio menegaskan semuanya.

Nando tidak mempedulikan ocehhan tak berguna Rio yang trus menyuruhnya untuk pergi. Ia berusaha untuk mendekat ke Riana, namun pria itu kembali di dorong. Mau tak mau Nando menepis dan memberi pukulan peringatan pada Rio.

Riopun goyah mendapat pukulan secara tiba-tiba. Melihat Nando sudah mulai pakai kekerasan, Rio langsung menarik kerah hoodie Nando dari belakang. Mencengkram kuat jaket pria di hadapannya.

"Pergi dari sini!!" Bentak Rio keras. Baru kali ini ia berhadapan langsung dengan Nando. Tatapan keduanya sangat tajam, seolah ingin saling membunuh satu sama lain, membuktikan siapa yang paling kuat untuk tetap bertahan.

Silent ✔Where stories live. Discover now