Bagian 47

4.7K 252 4
                                    

Perhatian⚠
Bagian ini akan mengandung banyak gambar animasi untuk memperdalam cerita. Disarankan untuk mengaktifkan data seluler😋. Supaya lebih baper😭

Vote dulu sebelum baca⚠
◎◎◎

Rasanya sakit hati memang tidak bisa di jelaskan oleh apapun. Hanya menangis yang bisa ia lakukan untuk melegakan perasaan tertekannya.

Sudah sebulan berlalu, kini ia sudah cukup nyaman di sekolah baru, dengan kelas yang sama dengan Nando. Tak sulit mendapatkan teman, Riana sangat bersyukur bisa mendapatkan sekolah yang tepat.

Ia juga sudah berani merubah penampilan, beberapa teman barunya mengajarkan Riana lebih detail mengenai make up.

Semakin hari dirinya juga semakin terbiasa untuk jauh dari Rio. Melupakan sejenak pria yang sempat menghancurkan hatinya dengan suasana baru.

"Udah di minum obatnya?" Tanya Nando sambil mengusap puncak kepala Riana. Lalu menyodorkan botol air mineral ke gadis itu.

Riana mengangguk.

"Makasih." Ucapnya lalu meneguk air minum pemberian Nando.

Nando memang pilihan yang tepat. Sejak dulu pria ini selalu mengerti keadaan dirinya. Beberapa kali Nando sempat mengutarakan perasaannya pada Riana, namun belum bisa ia jawab. Mungkin niat Nando baik, ia hanya ingin membuat Riana bisa melupakan Rio dengan mengganti dirinya di hati gadis itu.

"Ana, ayo sekarang giliran tim kita." Seru salah satu teman sekelasnya. Riana dengan semangat berdiri dari duduknya.

"Hati-hati ya mainnya." Ucap Nando yang masih di posisi sebelumnya.

"Oke." Riana berlari ketengah lapangan. Menyusul teman-temannya untuk bermain basket. Semakin hari perkembangan Riana semakin baik. Ia sudah bisa mengontrol batas kemampuan dirinya tanpa takut pingsan secara tiba-tiba, walaupun begitu tetap saja. Pria yang sedang memperhatikannya dari jauh masih merasa khawatir dan was-was akan kesehatan Riana.

***

"Rafa!! Lepassin!" Vanny berontak. Memukul tangan pria yang sedang mencengkram pergelangan tangannya kuat.

"Sakit Rafa! Lepassin!" Vanny terus melakukan perlawanan, hingga pria itu merintih kesakitan.

"Vanny!!" Teriak Rafa lalu melepaskan erattan tangannya, karna Vanny yang mengigit tangannya secara tiba-tiba.

"Kamu mau apa?!" Tanya Vanny langsung pada intinya, sambil memegang pergelangan tangannya yang sakit.

"Aku mau ngomong sebentar sama kamu." Ucap Rafa yang terlihat melembut.

"Kenapa harus narik aku kasar kayak tadi? Ini Fa yang aku gak suka dari kamu, selalu maksa dan kasar!" Sentak gadis itu kesal.

"Sorry Van. Aku gak bermaksud nyakitin kamu." Rafa menyentuh pundak Vanny namun gadis itu sudah keburu mundur.

"Apa yang mau kamu omongin?" Tanya Vanny lagi.

"Untuk permintaanmu beberapa waktu lalu. Tentang taruhan itu." Seketika Vany langsung menatap mata Rafa. Ternyata pria itu merespon negosiasinya.

"Iya, kenapa?"

"Kamu serius mau balik ke aku?"

"Asal kamu bisa batalin pertaruhan itu." Sela Vanny. Walaupun kenyataannya ia sangat takut dan ragu.

"Oke. Aku bakal usahain buat batalin taruhan itu. Tapi kalau aku berhasil batalin taruhannya, apa yang aku bisa pegang dari kamu? Supaya kamu gak bohong atau kabur dari aku?" Tanya Rafa mendesak posisi Vanny.

Silent ✔Where stories live. Discover now