Bagian 19

5.2K 260 0
                                    

Bagas berlari menuju rumah Vanny. Sampai disana ia bertemu dengan ibunda Vanny dan mempersilahkan Bagas untuk menjenguk anaknya.

"Van, gimana keadaanmu? Aku kaget pas kamu bilang kecelakaan. Ada yang sakit? Orangnya yang nabrak tanggung jawab gak?" Tanya Bagas khawatir.

"Aku bilangnya 'hampir kecelakaan' ini juga gak begitu parah kok. Cuma keseleo karna kaget aja. Orangnya juga tanggungjawab." Jawab Vanny dengan posisi kaki selonjor.

"Aku beneran khawatir." Sela Bagas begitu tembut. Vanny mendongak melihat Bagas yang sedang menatapnya dengan khawatir.

"Aku gakpapa Gas. Makasih udah repot-repot dateng kesini." Jawab Vanny sambil melemparkan senyuman.

"Van kayaknya aku udah mutusin sesuatu. Aku udah yakin. Aku juga udah bilang ke ibukku." Ucap Bagas tiba-tiba.

"Yakin apa?"

"Yakin kalok aku bakal balik di sampingmu lagi. Aku mutusin buat sekolah di sekolahmu. Rumah kita juga deket." Terang Bagas terlihat senang.

"Sekolahku bukan sekolah favorit kayak sekolah Rio sama Ana. Kamu masih bisa ngubah keputusanmu." Bagas menggeleng cepat.

"Gak Van. Aku lebih milih sama kamu. Kalok sama Rio bakal di tinggal pacaran." Ucapnya sambil terkekeh. Vanny hanya diam, berhalan tawa Bagas merendah dan lama kelamaan dia juga terdiam.

"Bagas.." Vanny menarik Bagas dalam pelukannya.

"Kamu ngerasa gak sih, aku kangen kita bisa sedeket dulu. Aku seneng dengernya kamu milih sekolah bareng aku. Makasih Gas." Bagas tersenyum dan menyusap punggung Vanny.

"Aku juga seneng denger kamu ngomong itu." Jawab laki-laki itu dengan senyum di bibirnya.

***
"Menurutmu mereka bakal berantem gak?" Tanya Nadin dengan tangan dilipat di dada sambil mata fokus ke lapangan.

"Gak tau." Jawab Riana seadanya.

"Kamu gak khawatir mereka berantem. Bukannya Rio itu sahabatmu ya."

Riana sekilas melirik Nadin. Belakangan ini ia merasa Nadin memojokkannya dengan beberapa pertanyaan mengenai Rio.

"Rio udah dewasa, bisa mikir apa akibatnya berantem di sekolah. Dia juga ointer ngontrol emosi. Sejauh ini aku belum pernah liat Rio berantem di sekolah." Terang Riana yang matanya juga fokus melihat Rio adu basket bersama Kevin.

"Mereka keliatan berantem lewat basket. Ngelimpahin emosi satu sama lain. Capek capekkin badan aja." Sela Nadin lagi.

Tiba-tiba Putri dan Ara kembali datang, Riana menghembuskan nafas lega. Berharap Nadin tak begitu memojokkannya lagi.

"Ayo lebih deket ke lapangan. Massa jarak jauh doang liatnya." Ajak Putri, dan mereka semua melangkah mendekatti lapangan.

"See, pacarmu ada disini. Mau aku perlihatkan sesuatu?" Ucap Kevin sambil mencoba menghadang Rio.

"Apa maksudmu!"

Kevin hanya tersenyum miring lalu sekali rebut ia langsung mendapat bola dari dribblelan Rio.

Apa maksud omongannya tadi?

Rio meboleh ke kanan terdapat Riana dan teman-temannya disana.

Entah mengapa rasa khawatir muncul di benak Rio. Memikirkan rencana apa yang di buat Kevin.

Rio berlari mendekati Kevin, kembali dalam permainan dan mencoba fokus akan gerak-gerik pria di hadapannya.

"Ayo main lagi!" Teriak Kevin pada anak laki-laki kelasnya. Dalam hitungan detik mereka berdiri dan kembali menuju lapangan.

Silent ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang