Bagian 34

4.4K 264 1
                                    

Riana terlihat gelisah di dalam mobil Dika. Sedari tadi ia mencoba kembali menghubungi Rio tapi ponsel pria itu tidak aktif. Membuatnya semakin khawatir.

"Udah An, Rio pasti bakal baik-baik aja." Ucap Dika yang menyadari kegelisahan Riana. Namun tetap saja ia tak tenang jika tidak melihat Rionya langsung.

"Rio udah janji gak bakal begini lagi Dik. Aku takut dia kelepasan. Sedangkan aku baru bisa ngehilangin sifat tempramennya dua tahun yang lalu." Dika menoleh, bahkan dirinya baru tau kalau Rio ternyata gampang terpancing emosi. Tapi saat masuk SMA pria itu sangat pintar mengendalikan emosinya.

"Ada alasan seseorang bisa sangat marah, bisa juga sangat lembut. Dia berubah karna kamu An, sedangkan waktu sifat marahnya muncul pasti karna ada alasan tersendiri kenapa emosi tempramennya itu balik." Riana menoleh sebentar lalu kembali menunduk, rasa penasarannya akan masa lalu Rio yang selalu ia hiraukan saat dulu mereka masih sekelas sewaktu SMP membuat ia makin penasaran untuk saat ini, tak banyak yang ia tau. Mungkin dia harus menanyakan lebih detailnya ke Vanny.

"Semoga dia baik-baik aja." Lirih Riana, tak mau Rio kenapa-napa.

***

Vanny memang dari awal sudah curiga dengan Bagas. Dengan kenekatannya ia memesan ojek untuk membawanya mengikuti Bagas, hingga apa yang ia ragukan ternyata benar. Bagas kembali terlibat masalah dengan mantan kekasihnya, dan lebih membuatnya terkejut adalah Demian, sosok yang penah menjadi perbincangan hangat di masa SMPnya. Sebuah kejadian tawuran antar sekolah yang menewaskan 1 teman seangkatanya membuat geger sekolah hingga dinas pendidikan, sampai Rio dan Bagas tergeret pada masalah ini. Bagaimana tidak sampai menimbulkan korban jiwa, jika mereka melawan tawuran dengan anak SMA? Sedangkan saat itu mereka masih kelas 2 SMP.

Ini semua berawal dari Rio menerima tawaran kakak kelas yang sudah lulus. Untuk membantu mereka tawuran dengan SMA milik Demian dan berakhir korban pada rombongan Rio. Menyadari Rio hanya di permainkan untuk menjadi pancingan perantara tawuran SMA itu, Rio berontak dan sempat membalas kelakuan kakak kelasnya.

"Kevin." Vanny merasa lega dengan kehadiran Kevin dan 3 temannya.

"Kamu gakpapa?" Kevin menyentuh kedua pundak Vanny, melihat keadaan gadis itu dari atas sampai bawah.

Vanny mengangguk. Badannya gemetar takut karna menunggu bantuan datang, sementara di dalam sana mereka sudah saling adu pukul.

"Kamu tunggu disini ya." Vanny menyeka air mata yang sudah membasahi pipinya sedari tadi lalu kembali mengangguk.

Tapi sebelum Kevin masuk, ia menahan tangan pria itu.

"Kamu juga hati-hati. Mereka bahaya." Kevin tersenyum mendapat sebuah perhatian kecil dari Vanny, lalu ia kembali meyakinkan gadis itu dan menyusul masuk.

Belum habis kekuatannya, walaupun wajahnya sudah memar dan mengeluarkan darah di sudut tertentu Rio masih dengan marahnya menghajar Demian. Namun dengan sigap pria itu selalu menangkis pukulan Rio dan melawannya balik.

Brukkk!

Rio tersungkur. Kedua tangannya di pegang kuat oleh dua teman Demian lalu dengan mudahnya Demian menghajar Rio tanpa habis. Seolah ingin melenyapkan Rio dari hadapannya, tak cuma Rio nasib Bagaspun tak kalah sama dengan temannya. Namun sebisa mungkin mereka melawan dan sesekali membuat lawannya juga babak belur.

"Brengsek! Lawan aku satu-satu!" Teriak Rio tak menyerah. Bagas memegangi jaket Rio. Menahan pria itu untuk berhenti.

"Rio sudah." Lirih Bagas kesakitan.

Rio menepis genggaman Bagas, lalu maju dengan langkah tak lagi tegap. Namun masih sanggup melempar tonjokan keras ke wajah Demian.

Pria itu tersenyum meremehkan. Melihat Rio dengan beraninya masih mendekatinya.

Silent ✔Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora