Bagian 22

5.1K 247 2
                                    

Mulmed Bagas&Vanny

***

Bagas membantu Vanny membuka helm. Vanny hanya menahan rona wajahnya sebisa mungkin.

"Bagas, gak boleh gitu. Ini disekolah." Ucap Vanny lalu merapikan rambutnya.

"Biar romantis." Balas Bagas sambil cekikikkan melihat Vanny yang menahan gengsi untuk tidak baper.

"Yaudah yok, aku anter kamu ke ruang kesiswaan dulu, setauku sih kepala sekolah lagi gak ada." Bagas mengangguk lalu meraih tangan Vanny dan menggandengnya.

"Bagas apaan sih. Malu tau di liattin banyak orang." Lagi-lagi Bagas terkekeh melihat Vanny yang menahan rona.

"Abisnya godain kamu bikin gemes. Yaudah deh gak ganggu lagi." Lalu mereka berjalan beriringan, sesekali banyak yang melirik ke arah Bagas sambil berbisik genit.

"Lumayan disini gak ada yang lebih ganteng dari aku keliatannya." Ucap Bagas sambil melihat sekeliling sekolah.

"PeDe banget kamu."

"Tuh mereka ngeliattin aku kayak terpesona gitu. Seneng deh liat orang di sebelahku lagi cemburu." Sindir Bagas tanpa melirik Vanny.

"Bagas, katanya gak mau gangguin. Diem deh." Mereka sampai di ruang kesiswaan. Lalu Vanny pamit untuk kembali ke kelas karna baru saja bell berdering.

"Silahkan masuk." Ucap guru kesiswaan yang sedang jaga.

***
"Rio kalau sudah selesai bisa langsung di tumpuk dan segera berkumpul di ruang OSIS." Ucap guru mata pelajarannya. Kebetulan pada jam ini kelasnya sedang ada ulangan harian.

"Bakal sibuk betul nih kapten." Bisik Dika.

"Iya. Makin susah buat nyelidikin semuanya." Balas Rio dengan pelan. Dalam 2 menit kedepan Rio berdiri dari duduknya dan berjalan kedepan menumpuk hasil jawabannya.

"Kamu sudah yakin dengan jawabbannya? Baru 17 menit loh." Tanya gurunya.

"Yakin bu. Apa saya boleh keluar?" Tanya Rio, sedangkan teman-temannya mengaga tak menyangka soal 20 matematika essay di babat habis oleh Rio.

"Oya tentu saja. Silahkan." Rio berjalan menuju pintu keluar dan pergi ke ruang OSIS.

"Rio.." baru saja dia turun dari beberapa anak tangga seseorang memanggilnya.

"Eh iya??" Jawab Rio yang melihat Citra disana.

"Kita dapet tugas buat izinin anak MPK buat ikut rapat. Bisa temenin?" Rio tau ini semua cuma alibi Citra. Bahkan ini adalah tugas seksi Humas sedangkan dia adalah sekertaris.

"Oke boleh." Jawab Rio ikut saja. Semyum Citra berkembang lalu mereka berjalan beriringan menuju kelas demi kelas.

"Rio aku boleh tanya?" Rio menjawab dengan hitungan yang cukup lama. Membuat Citra gugup sendiri akan di anggurkan.

"Boleh." Jawaban Rio pada akhirnya yang membuat Citra lega.

"Maaf ya, radak menyinggung. Kamu beneran pacaran sama Ana?" Tanya Citra hati-hati. Ia sadar bahwa pertanyaannya sangat sensitif dan terlalu ekstrim.

"Itu bukan urusanmu." Jawab Rio yang berhasil membuat Citra bungkam.

Rio mulai mengetuk pintu kelas pertama dan masuk. Mulai dari kelas 10, saat Rio meminta izin untuk masuk semua mata tertuju pada sosok Rio yang selalu jadi idola dan panutan.

"Kemaren aku denger kak Rio berantem sama kak Kevin. Pasti keren banget deh. Kayak di drama-drama gitu. Kira-kira mereka kenapa ya?" Bisik seorang gadis pada temannya yang sedang melirik Rio.

Silent ✔Where stories live. Discover now