One

28.6K 2.9K 131
                                    

Kamu setuju jika ada yang mengatakan bahwa masa SMA merupakan masa yang paling indah.

Well, pada masa inilah kamu memulai pendewasaan diri sedikit demi sedikit. Yah, walaupun hanya sedikit, setidaknya kamu menjadi lebih baik dari sebelumnya bukan?

Dan dimasa SMA juga, kamu menemukan seseorang yang bisa membuat jantungmu bekerja lebih cepat.

Dia, Kim Jongdae.

Lelaki yang sudah menyita perhatianmu semenjak kepindahannya 1,5 tahun lalu. Tapi kamu tidak mengumbar hal ini, bahkan pada sahabatmu sendiri. Lalisa, atau yang kerap kali disapa Lisa.

Dan tahun ini merupakan tahun terakhirmu mengenakan seragam putih abu-abu. Kamu senang, tapi juga sedih.

Dan sedihmu juga menyangkut soal lelaki yang bermarga Kim tersebut.

Apakah kelak kamu akan bertemu lagi dengannya dalam keadaan yang lebih baik?

🍀

"Hei, jangan ngelamun!"

Kamu tersentak saat seseorang menepuk bahumu dengan cukup keras. Kamu menoleh dan mendapati Lisa yang sedang tersenyum tanpa rasa bersalah.

"Sakit Lalisa, usap-usap bahu aku buruan."

Lisa berdecih, "pelan gitu mana sakit sih?"

Kamu tertawa, "lagian kamu iseng."

"Makanya jangan ngelamun. Eh iya, kamu udah denger ada pensi?" cibir Lisa lalu ikut berdiri di sebelahmu, memandangi lapangan sekolah dari lantai 2.

Kamu mengernyit. Pensi? Ini bahkan baru memasuki tahun ajaran baru.

"Di tahun ajaran baru begini? Yakin kamu?"

Lisa mengangguk, "aku sih denger dari Daniel. Dia bilang mau bikin sejarah baru, aneh kan ya?"

Kalau dipikir sih, iya juga. Tapi kamu tidak ambil pusing dan membiarkan pertanyaan Lisa.

Tepat saat bel masuk berbunyi, Lisa segera menarikmu kedalam kelas. Di sekolahmu, guru akan segera memasuki ruang kelas tepat setelah bel berbunyi. Kecuali hari Senin yang akan diberikan waktu lima belas menit setelah upacara sebelum memulai kbm.

"Bersiap. Memberi salam," intruksi sang ketua kelas, Jeno.

"Assalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh. Selamat pagi, Bu Dina."

Bu Dina membalas salam seraya mengangguk.

"Buka buku paket kimia halaman 71, kerjakan soalnya lalu satu orang maju kedepan untuk menulis hasil jawabannya di papan tulis."

Para murid—termasuk kamu—mencoba untuk mengerjakan soal. Saat kamu hampir menemukan jawabannya, seseorang sudah lebih dulu maju untuk menulis jawabannya di papan tulis.

"Sudah Chaeyeon?" tanya Bu Dina memastikan.

Chaeyeon mengangguk lalu mengambil spidol yang disodorkan oleh Bu Dina. Namun baru beberapa detik, terdengar ketukan dari pintu kelas. Chaeyeon berhenti menulis dan seisi kelas pun menoleh ke arah pintu.

Di sana, ada sosok yang mampu membuat jantungmu berdetak dua kali lebih cepat. Sosok itu tersenyum lalu mengucap salam.

"Wa'alaikum salam. Ada apa ya?" tanya Bu Dina.

"Ada pengumuman dari pihak sekolah dan Osis, Bu. Mohon maaf, boleh minta waktunya sebentar?"

Bu Dina terdiam sesaat, lalu kemudian mempersilahkannya untuk masuk.

Sosok itu tidak sendiri, ada beberapa orang lain lagi di belakangnya.

"Assalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh, kami perwakilan dari Osis ingin memberikan sebuah pemberitahuan. Dan pemberitahuan tersebut akan disampaikan oleh Jongdae," ujar Taeyong lalu menyerahkan selembar kertas pada Jongdae.

Ya. Lelaki itu, Jongdae. Dia berdiri di depan sana dengan senyum terbaiknya. Kamu sebisa mungkin menahan diri untuk tidak tersenyum. Kamu berulang kali mengucap istighfar karena jantungmu yang berdetak dengan sangat cepat.

"Baik. Pengumuman pertama, sekolah kita akan mengadakan pensi untuk menyambut tahun ajaran baru. Tapi pensi kali ini pure diisi dengan penampilan siswa/i. Yang kedua, kami meminta partisipasi dari setiap kelas agar minimal menampilkan satu penampilan entah itu bernyanyi, menari, dan sebagainya. Ada sekertarisnya?"


Dengan ragu, kamu mengangkat tanganmu. Kamu bisa lihat Jongdae berdeham gugup lalu berjalan mendekatimu.

"(Y/n) kan?" tanya Jongdae dengan sangat lembut.

Kamu mengangguk. Tidak berani menatap matanya.

"Aku minta tolong didata siapa yang mau tampil dipensi, nanti datanya kamu kasih ke aku di ruang Osis habis dzuhur. Bisa?"

Kamu mengangguk cepat. Jantungmu benar-benar tidak bisa diajak kerja sama.

Jongdae tersenyum dan menggumamkan terima kasih.

Seperginya anggota Osis itu dari kelas, kamu baru bisa bernapas lega. Tapi wajahmu langsung memerah mengingat nada suara Jongdae yang begitu lembut.

Sadar dengan apa yang kamu pikirkan, kamu langsung mengucap istighfar sebanyak mungkin untuk mengusir bayangan Jongdae dari otakmu.

Kamu kembali menarik buku paket kimia mu dan mulai mencari soal yang bisa kamu kerjakan lagi.

Tanpa kamu tahu, Lisa memperhatikan gerak-gerikmu sejak tadi.

🍀

Husband Series - April 2018

-muffinpororo

[Husband Series] | Kim Jong DaeOnde histórias criam vida. Descubra agora