Eighteen

13.4K 2K 86
                                    

"Gimana?"

"Aman Bang, santai aja."

"Makasih ya."

🍀

Kamu menghela napas, hari ini begitu padat. Mulai dari tugas hingga rapat yang mengharuskanmu pulang pukul delapan malam.

Seusai membersihkan diri, kamu segera meng-istirahatkan tubuhmu. Kamu sudah benar-benar lelah. Begitu kamu berbaring, pintu kamarmu diketuk beberapa kali.

"(Y/n) udah tidur?"

Kamu buru-buru duduk dan menjawab, "belum, Pa."

"Boleh masuk?"

Kamu berdiri dan membukakan pintu untuk Papa. Lelaki yang sudah menginjak usia 50 an itu tersenyum lalu duduk di kursi meja belajarmu.

Kamu memilih untuk duduk bersila diatas kasurmu, ini sudah menjadi kebiasaan.

"Kenapa, Pa?"

Papa meneliti wajahmu yang tampak lelah dan sedikit tirus. Dia tersenyum teduh dan menatapmu lekat.

"Anak Papa udah besar ya sekarang? Tapi kamu makin kurus, nugas terus sampe lupa makan."

Kamu tertawa kecil, "ya iya masa aku kecil terus? Hehe biar buru-buru skripsian, Pa."

Papa mengangguk singkat lalu menghela napas.

"Nak, seandainya ada yang melamar kamu, apa kamu mau terima?"

Kamu membola. Melamar?

"Siapa Pa?"

🍀

Kamu terus terpikirkan oleh ucapan Papa tentang siapa yang akan melamarmu. Dan kamu tentu saja diberikan opsi untuk menolak.

Tapi masalahnya, ada satu ruang dihatimu yang mengatakan untuk menerima lamaran itu. Walau kamu tidak pernah tahu siapa yang melamarmu, tapi jika Papa sudah bicara empat mata denganmu bukan kah berarti Papa mengenalnya dengan baik?

Dan kamu percaya pada pilihan Papa.

"Dae, waktu kamu setengah tahun lagi. Kalo dalem hitungan waktu enam bulan dari sekarang kamu gak ada kabar apapun, aku boleh terima lamaran orang lain kan?"

Kamu terus saja melamun saat dikampus, beruntung hari ini kelas dibatalkan. Kamu menghabiskan waktumu di kantin.

Tapi baru lima belas menit, ada seseorang yang duduk dihadapanmu.

"Kok ngelamun?"

Kamu sedikit tersentak, lalu sedetik kemudian menghela napas.

"Kaget. Kak Jungwoo dari tadi disini?"

Jungwoo menggeleng, "baru duduk, kamu lagi ngelamun. Kenapa?"

Kamu tersenyum tipis. Menatap Jungwoo yang kini juga menatapmu dengan senyum lembutnya.

"Papa bilang ada yang mau ngelamar aku. Tiba-tiba banget ya?"

Jungwoo membeku. Tatapannya berubah serius bahkan sedikit mengintimidasi.

"Siapa?"

Kamu menghela napas, "anaknya relasi Papa. Dua tahun lebih tua dari aku. Pewaris perusahaan Ayahnya."

Rahang Jungwoo sedikit mengeras. Kamu melihatnya, perubahan sikap Jungwoo yang tidak terduga.

"Kamu terima?"

Kamu tersenyum miris, "maunya sih nggak. Tapi masih aku pertimbangin lagi. Menurut Kakak?"

Jungwoo sedikit mencondongkan tubuhnya kearahmu, "kamu–gak ada orang yang kamu suka?" alih-alih menjawab, Jungwoo justru kembali melempar pertanyaan.

Kamu mengernyit, kenapa tiba-tiba pertanyaannya mengarah kesana?

"Kenapa emang, Kak?"

Jungwoo seketika menggeleng dan mengusap wajahnya.

"Maaf, maaf. Aku nanya yang aneh-aneh, hehe. Yaudah, kamu pikirin aja mau diterima atau nggak."

"Aku sih berharapnya kamu gak nerima.." lirih Jungwoo diakhir kalimatnya.

"Apa Kak?"

Jungwoo kembali menggeleng dan tersenyum, "nggak. Yaudah aku balik dulu deh, mau siapin mental buat sidang minggu depan."

Kamu tertawa, "oh iya udah mau sidang aja cepet banget. Semangat ya Kak Jungwoo!"

"Iya, makasih yaa. Aku pulang dulu, assalamu'alaikum.."

"Waalaikum salam."

Kamu menatap punggung Jungwoo yang menjauh, senyummu perlahan luntur.

"Aku masih coba, tapi kenapa susah?"

Kamu mengambil ponsel dan membuka galeri. Menatap nanar pada satu foto yang masih tersimpan apik.

"Kenapa sih kamu ngehalangin orang lain buat masuk ke kehati aku? Kenapa kamu mesti berdiri didepan pintunya? Aku–"

Kamu menghela napas.

"Aku jadi gak bisa ngebiarin orang lain masuk, ngegantiin kamu.."

Dan pada akhirnya, kamu kembali berdiri ditempat yang sama. Menunggu orang yang sama dengan janji yang ingin diwujudkan.

🍀

Husband Series - April 2018

-muffinpororo

[Husband Series] | Kim Jong DaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang