Two

19.8K 2.6K 104
                                    

Setelah melaksanakan solat dzuhur, kamu mengambil selembar kertas yang berada di saku seragammu dan membacanya ulang.

Di kertas itu tertulis nama siswa/i dari kelasmu yang akan menampilkan sesuatu di pensi nanti.

Dengan ditemani Lisa, kamu berjalan menuju ruang Osis. Kamu sengaja mengajak Lisa bicara lebih banyak, kamu gugup.

Sesampainya di depan ruang Osis, kamu segera mengetuk pintunya dan mengucap salam. Seseorang menjawab salam mu dari dalam lalu membuka pintu.

"Eh? Kak (Y/n), cari siapa?" tanya Daniel.

"Jongdae ada?"

Daniel mengangguk, "gue panggilin dulu ya, Kak? Tunggu."

Tak lama setelah Daniel masuk untuk memanggil Jongdae, yang dipanggil segera menampakkan batang hidungnya.

"Eh? Mau kasih list nama penampil ya?"

Kamu mengangguk lalu menyerahkan kertas yang sejak tadi kamu pegang ke arah Jongdae.

"Nama sama apa yang mau ditampilin aja kan yang ditulis?" tanyamu yang dibalas anggukan oleh Jongdae.

"Makasih ya."

Kamu tersenyum tipis, "aku balik ya, Dae? Bilang Daniel makasih. Assalamu'alaikum."

"Jongdae duluan ya! Assalamu'alaikum!" seru Lisa.

Jongdae tersenyum seraya mengangguk, "Waalaikum salam."

Tanpa kamu ketahui, Jongdae kini tengah tersenyum memandangi tulisan tanganmu. Jantungnya juga berdetak dengan cepat. Pesonamu begitu luar biasa bagi seorang Kim Jongdae.

Lisa terus memperhatikan sikapmu yang mendadak sedikit lebih ceria. Dia terus menerka dalam otaknya, karena nilai ulangan kimiamu yang mencetak skor sempurna kah, atau karena...Jongdae?

"Lisa, menurut kamu pensi nya nanti bakal seru gak?"

"Hah? Um, menurut aku sih seru. Tapi gak tau yaa hahaha. Aku sih berharapnya bakal rame," jawab Lisa.

Kamu mengangguk. Karena tidak ada guest star, semoga saja pensi kali ini menyenangkan.

"(Y/n)?" panggil Lisa pelan.

Kamu menoleh, "yap?"

"Kamu...lagi suka sama seseorang ya?"

Kamu tertawa—mencoba terlihat se-natural mungkin.

"Suka sama seseorang? Kenapa emang?"

Lisa menggeleng seraya tersenyum. Setelah itu, tidak ada lagi percakapan diantara kalian.

🍀

"Bang? Lo gak kenapa-napa kan?"

Jongdae menatap Daniel bingung, "apanya yang kenapa-napa?"

"Ya itu lo senyum-senyum sendiri. Idih, gangguan ya otak lo?"

Beberapa anak Osis yang ada di ruangan hanya tertawa tanpa menanggapi ocehan Daniel, kecuali Chanyeol.

"Paling lagi berkembang-kembang hatinya. Dapet surat cinta ya lo?" tuduh Chanyeol lalu menyeringai.

Jongdae menggeleng dan tertawa, "apa sih, ngaco! Ini daftar anak yang mau tampil di pensi. Niel, kata (Y/n) tadi makasih."

"Oh kirain, kalo dapet surat cinta lagi mah kita udah mau bakar aja ya, Niel?" ujar Chayeol lagi.

Kini Daniel menyetujui ucapan Chanyeol.

"Iyalah! Lagian kalo dapet surat cinta disimpennya di ruang Osis. Untung gak kecampur sama arsip penting. Gue sih takutnya kejadian kayak dulu lagi, Bang Cey."

Chanyeol mengingat kejadian apa yang dimaksud Daniel, hingga beberapa detik setelahnya baru dia tertawa keras sembari bertepuk tangan.

"Ah gila! Iya inget gue! Yang si Tiway digas sama Kepsek ya? Gegara salah ngasih surat?"

Taeyong yang merasa namanya disebut hanya bisa berdecak. Malas ingat kejadian dimana dia mendapat siraman rohani dari kepala sekolah selama satu jam lamanya.

"Lo tau gak apa yang dia bilang coba?" tanya Taeyong pada anggota Osis yang kini memusatkan perhatian padanya.

"Apaan?" tanya Daniel.

"Gini katanya, 'kamu mau bercanda sama saya? Saya tau kamu ganteng, banyak yang naksir, tapi gak usah riya dong. Segala nunjukin surat cinta sama saya begini. Kamu tau gak kalo– bla bla bla. Panjang dah. Intinya gue dibilang riya. Padahal udah gue bilang itu bukan punya gue."

Satu ruangan menjadi riuh karena tawa. Mengasihani sang Ketua Osis yang tidak dipercaya oleh Kepala Sekolah.

Jongdae berhenti tertawa lebih dulu, senyum masih tidak luntur dari bibirnya.

"Udah ah, ketawa mulu. Nih sekertaris catet nih namanya."

Jongdae menyerahkan kertas yang ia pegang ke Jennie.

"Kelas berapa ini, Bang?" tanya Jennie setelah kembali berkutat dengan pekerjaannya, memasukkan data penampil.

"Yee baca dong. Gak punya mata emang?"

Jennie mendelik kearah Daniel.

"Apa sih lo! Gue nanya sama Bang Jongdae!"

Belum sempat Daniel membalas ucapan Jennie, Jongdae sudah memotong duluan.

"Udah ah. Berantem mulu, istighfar."

Jongdae melirik jam yang ada dipergelangan tangannya. Dia menoleh kearah Chanyeol dan Taeyong.

"Cey, Way, kantin yuk? Mumpung masih ada waktu."

Chanyeol dan Taeyong mengangguk lalu berjalan beriringan bersama Jongdae menuju kantin.

"Eh, Dae?" panggil Chanyeol.

Jongdae bergumam dan Taeyong menoleh.

"Cewek yang tadi ngasih kertas, cewek yang waktu itu lo tanya ke gue kan?"

Jongdae mengangguk, "iya kenapa?"

Taeyong menatap Jongdae dan Chanyeol bergantian.

"Eh gue gak tau apa-apaan masa? Kenapa sih?" tanya Taeyong bingung.

Chanyeol menoleh ke arah Jongdae, meminta persetujuan. Saat Jongdae mengangguk baru Chanyeol menceritakan perihal kejadian waktu itu. Saat sebelum upacara.

"Ih apaan nih? Waketos gue udah bisa suka sama cewek?" ledek Taeyong yang dibalas tawa ringan dari Jongdae.

"Ssstt, jangan kenceng-kenceng ah suaranya. Gak enak didenger orang nanti," ujar Jongdae.

Chanyeol merangkul bahu Jongdae dan menepuknya beberapa kali.

"Sukses dulu Dae. Abis itu gue bantuin buat ngelamar doi. Tenang."

Taeyong ikut menepuk bahu Jongdae, "gue bantu do'a."

Mereka tertawa karena ucapan Taeyong. Tapi Jongdae membenarkan, dia juga butuh bantuan do'a agar 'misi besar'-nya nanti berhasil.

🍀

Husband Series - April 2018

-muffinpororo

[Husband Series] | Kim Jong DaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang