Four

16.3K 2.4K 124
                                    

D-Day

Sejauh ini pensi berjalan dengan lancar, menurutmu. Kamu hanya menjadi penikmat di tempat favoritmu, balkon lantai 2.

Lisa dan teman kelas mu yang lain sudah asyik berpencar guna bersenang-senang di lapangan. Well, kamu tidak tertarik.

Lagi, netra mu kembali menatap ke satu titik. Dimana ada seseorang yang akhir-akhir ini mengusik pikiranmu. Tubuhnya dibalut setelan kaus merah maroon dengan lengan panjang yang digulung hingga ke siku serta celana jeans hitam.

Siapa lagi kalau bukan Jongdae? Dia terlihat tampan dengan setelan sederhana nya. Sepatu putih yang membalut kakinya menambah kesan tampan untuknya.

Kamu menggeleng beberapa kali, mengusir pikiran tentang betapa 'tampan'-nya Jongdae hari ini.

Akhirnya, untuk menghilangkan bayangan lelaki itu dari pikiranmu, kamu memutuskan untuk turun menuju ruang kesehatan.

"Assalamu'alaikum, Yeri~?"

Seorang siswi dengan balutan kaus panjang warna maroon dan nametag yang terpasang di dada kirinya menoleh lalu tersenyum.

"Waalaikum salam. (Y/n)! Masuuuuk!"

Kamu terkekeh mendengar nada Yeri yang begitu ceria. Dia ini merupakan sahabatmu saat SMP dulu, sampai sekarang juga masih bersahabat. Hanya saja, di sekolah kalian jarang bersama.

"Tumben sepi? 'Tim kesehatan'," ujarmu sembari membaca tulisan yang tertera di nametag Yeri.

"Bagus dong, gak ada yang sakit atau cidera."

Kamu mengangguk lalu duduk di hadapan Yeri. Kamu melipat lenganmu diatas meja dan menempatkan dagumu di sana.

"Bosen ya?" tanya Yeri saat dia membuka buku kehadiran ruang kesehatan.

"Iya. Tapi bingung ini aku mau ngapain."

Yeri tersenyum, tangannya masih asyik menari di atas kertas.

"Aku belum kerumah kamu lagi nih, kangen Mama."

"Mama juga nanyain kamu terus, Yer. Katanya, 'tumben Yeri gak kesini lagi, lupa ya sama Mama?' gitu."

Yeri tertawa, lantas menutup buku dan meletakkan pulpen.

"Ih aku juga mau ketemu Mama, tapi kan mulai banyak les."

Kamu berdecak, "alesan aja kamu. Sediain waktu buat Mama lah, nanti kalo kamu udah kerumah gantian aku yang ketemu sama Ayah."

Kamu dan Yeri memang sedekat itu. Saat itu Lisa pernah sedikit iri terhadap Yeri, tapi setelah mendengar penjelasanmu dia akhirnya mengerti. Dan sekarang, dia juga menjadi salah satu sahabat Yeri.

"Iya deh, nanti aku sempetin main ke rumah."

Saat kamu akan membalas ucapan Yeri, terdengar ketukan dari pintu ruang kesehatan. Otomatis, kamu dan Yeri menoleh bersamaan. Dan kamu terkejut saat melihat siapa yang datang.

"Permisi, ada tim kesehatan gak?"

Yeri bangkit berdiri begitu juga denganmu.

"Kenapa Dae?" tanya Yeri.

Jongdae menunjukkan siku kirinya yang terluka, "luka nih, hehe."

Kamu masih terdiam di tempatmu berdiri, sedikit perasaan khawatir mulai mengisi hatimu.

"Sini masuk!" seru Yeri lalu bergegas mengambil air dan antiseptik.

Jongdae mengangguk sebelum pandangannya bertemu denganmu. Dia nampak terkejut sesaat, lalu setelahnya dia menunjukkan senyum khas nya.

"Eh? Ada (Y/n)? Gak ke lapangan?"

Kamu menggeleng, "rame banget. Itu kamu kenapa kok bisa luka?"

"Aku tadi lari buat ngasih tau sesuatu ke anak dokumentasi, eh kesandung kabel. Jatoh deh."

Kamu menghela napas tanpa sadar, kamu memperhatikan pakaian Jongdae yang memang sedikit kotor. Lalu tiba-tiba kamu menyadari sesuatu..

"Dae... Kayaknya yang luka bukan cuma siku kamu deh, celana bagian lutut kamu sedikit sobek."

Jongdae refleks membungkuk guna melihat apa yang kamu katakan.

"Iya juga ya—"

"Jongdae! Buruan sini diobatin, keburu infeksi lukanya!" seru Yeri memotong ucapan Jongdae.

"Bentar ya, (Y/n)," Jongdae pamit untuk menghampiri Yeri.

Kamu tidak tahu saja bahwa dalam hati, Jongdae sedikit bersyukur karena bisa bertemu denganmu di sini.

🍀

Kamu sedikit meringis saat mendengar pekikkan Jongdae.

"Astaghfirullah. Yeri! Jangan diteken begitu!"

"Kalo gak diteken, batu-batu kecilnya gak keluar. Udah jangan bawel."

"Tapi—ADUH YA ALLAH SAKIT, YER!"

Kamu menyibukkan diri dengan mengecek beberapa obat yang berada di lemari kaca.

Hingga akhirnya Jongdae berjalan sedikit tertatih ke pintu ruang kesehatan.

"Mau kemana eh? Di sini dulu aja!"

Kamu menoleh ke arah Jongdae dan Yeri bergantian. Jongdae terlihat menghela napasnya.

"Mau ke anak-anak, ngasih tau udah mau dzuhur. Acaranya kan harus di break, takutnya mereka lupa."

"Di chat aja Dae. Kamu masih luka gitu," ujarmu dan Yeri menyetujuinya.

"Aku mau sekalian jalan ke Masjid sekolah."

Yeri mengernyit, "ngapain? Kan belum adzan?"

"Ya makanya aku mau kesana. Aku yang adzan."

Lagi, jantungmu berdegup dua kali lebih cepat. Pertama karena senyum Jongdae saat dia melihatmu tadi, kedua karena hal yang baru saja diungkapkannya.

"Duluan ya Yeri, (Y/n)? Assalamu'alaikum."

Kamu dan Yeri membalas salam Jongdae. Setelah dia meninggalkan ruang kesehatan, Yeri menggeleng.

"Beruntung banget pasti yang jadi jodoh nya Jongdae nanti."

Kamu sedikit membenarkan, dan dalam hatimu, kamu juga sedikit berharap.

🍀

Husband Series - April 2018

-muffinpororo

[Husband Series] | Kim Jong DaeWhere stories live. Discover now