Special Chapter 2

17.4K 1.7K 143
                                    

"Haaaah apa ya, Yah..."

Jongdae tertawa kecil, lantas mengusap kepala Reyhan dengan lembut.

"Ayat sebelumnya apa?" tanya Jongdae sembari melihat ayat dalam Al-Qur'an di genggamannya.

Reyhan mengetukkan telunjuknya di paha sembari membaca sebuah ayat, "Alhamdulillahil-ladzii khalaqas-samaawaati wal ardha waja'alazh-zhulumaati waanuura tsummal-ladziina kafaruu birabbihim ya' diluun."

Bocah yang tahun ini menginjak umur 17 tahun itu memejamkan matanya sembari mengingat ayat selanjutnya. Tapi tetap tidak bisa.

"Gak tau lagi, Yah..." lirihnya sembari menatap Ayahnya sedih.

Jongdae menutup Al-Qur'an sebelum tersenyum pada anak sulungnya. Tangannya terulur untuk mengusap surai hitam lembut milih Reyhan.

"Gak apa-apa. Pelan-pelan aja hafalannya, ya? Di tandain nih, Surah Al-An'am ayat 20. Besok harus bisa sampe ayat 25, oke?"

Reyhan mengangguk lantas mengucapkan syukur pada Yang Maha Kuasa karena masih bisa menghafal ayat suci-Nya.

Tidak lama setelah pasangan Ayah dan Anak itu saling melempar senyum, suara mu yang memanggil mereka terdengar hingga kamar Reyhan.

"Nak, ada Mas Riyel."

Reyhan menoleh pada Ayahnya, "aku ke bawah dulu ya, Yah." Jongdae mengangguk tanpa menghapus senyum di wajahnya.

Adriel yang menunggu Reyhan, kini asyik dengan ponsel di tangannya. Tidak sadar bahwa yang ditunggu sudah berdiri di samping nya seraya memperhatikannya yang sibuk dengan ponsel.

"Mas?"

"Mas Riyel?"

"Mas? Astaghfirullah, MAS RIYEL!"

"INNALILLAHI! REYHAN! JANGAN NGAGETIN KENAPA SIH?!"

Reyhan membulatkan matanya seraya mengelus dada. Memperbanyak istighfar, karena jika tidak, mulutnya hanya akan mengeluarkan umpatan halus untuk Adriel.

"Ngapain kesini?" tanya Reyhan setelah berhasil menghilangkan rasa kesalnya.

Adriel tersenyum senang, "mau curhat."

Dan saat itu juga Reyhan diam. Dia tahu siapa yang akan diceritakan Adriel nantinya. Dengan hembusan napas pelan, dia mengangguk lalu tersenyum.

"Ke kamar ayo," dia melangkah lebih dulu.

Yang pasti, dia harus menyiapkan hati untuk cerita Adriel yang satu ini.

🍀

Reyhan duduk diam di dalam kelas sembari mendengar murotal. Matanya fokus pada satu titik di depan kelas.

Bukan, bukan pada seorang gadis. Tapi pada meja guru. Entah kenapa, dia lebih tertarik memperhatikan meja guru ketimbang hal lain.

Beberapa tepukan di bahunya membuat Reyhan sontak menoleh dan menemukan Dimas dengan tatapan ramahnya.

"Ganti pelajaran, ayo ganti baju olahraga."

Reyhan mengangguk lalu mematikan murotal di ponselnya —setelah satu ayat selesai, selagi melepas headset yang sejak tadi menyumpal telinganya.

Dimas merangkul bahu Reyhan seraya berjalan beriringan. Dimas yang notabene nya sahabat Reyhan sejak kelas sepuluh tentu saja merasa janggal dengan sikapnya.

Lantas remaja berdarah campuran Amerika-Korea itu menoleh ke arah sahabatnya seraya memulai percakapan.

"Kenapa Rey?"

[Husband Series] | Kim Jong DaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang