Thirthy-Nine

19.5K 2K 114
                                    

Kamu bangun lebih pagi dari biasanya. Setelah menyiapkan makan sahur dan membuat susu khusus ibu hamil, kamu kembali ke kamar tamu guna menghindari Jongdae.

Kamu duduk di tepi kasur sembari meminum susu dan membaca buku tentang kehamilan.

Sedangkan suamimu baru saja keluar dari kamarnya. Dia menatap kearah dapur, mencari dirimu yang biasanya sibuk memasak sembari menggumamkan surah pendek Al-Qur'an.

Tapi kini dapur kosong, hanya ada makanan yang sudah tersaji tanpa dirimu disana. Dia menghela napas dan mengusap wajahnya kasar.

Bahkan dia tidak bisa tidur lebih dari satu setengah jam. Lingkaran hitam di bawah matanya tercetak begitu jelas, semalam penuh dia memikirkan kamu.

Dia memilih untuk makan tanpa ditemani. Biasanya kamu akan mengganggu suamimu saat sahur, bercerita banyak hal, menggoda Jongdae dengan gombalan receh, atau bahkan hanya memperhatikannya dalam diam, tapi kali ini sepi sekali.

Selesai makan, Jongdae membersihkan alat makannya dan merapikan meja makan. Dia mengambil segelas air dan berjalan menuju kamar tamu.

Dia rindu melihatmu sekarang.

Sebelum mengetuk pintu, dia menghela napasnya terlebih dahulu. Karena tidak ada jawaban, maka dia mencoba membuka kenop pintu yang ternyata tidak dikunci.

Netranya menangkap sosok dirimu yang asyik dengan buku juga susu. Kamu akan melupakan sekitar jika sudah berurusan dengan buku. Dia tersenyum tipis dan berjalan mendekat.

"Sayang..."

Sadar akan kehadiran orang lain, kamu menoleh dan memasang ekspresi datar saat melihat suamimu berjalan mendekat.

"Kenapa?"

Jongdae tersenyum dan menggeleng. Dia duduk meletakkan segelas air di nakas kemudian duduk bersila dihadapanmu. Dia mendaratkan kepalanya diatas kakimu dan mulai terpejam.

"Aku ngantuk, tapi kangen kamu."

Kamu merasa jantungmu seakan diremas saat mendengar suara Jongdae yang begitu lirih. Tapi ego mu masih begitu besar. Kamu hanya mengusap kepalanya lembut sebelum menangkup kedua wajahnya.

Matanya sayu dan lingkaran hitam tercetak begitu jelas di bawah matanya. Kamu mengusap pipi Jongdae lembut.

"Udah sahur?"

Jongdae menatapmu lekat, senang saat akhirnya kamu memberi sebuah pertanyaan menyangkut dirinya.

"Udah. Kamu udah makan? Capek gak semalem main sama Jungwoo?"

Kamu tersenyum tipis, "anak kamu baik-baik aja. Gak kecapekan kok."

Bukan jawaban ini yang Jongdae inginkan. Dia ingin tahu kondisimu, bukan hanya anak kalian saja. Dan apa tadi? Anak kamu? Seharusnya kamu menyebutnya anak kita, pikir Jongdae.

Tapi dia sadar, jawabanmu yang seperti tadi akibat ulahnya juga semalam yang hanya bertanya soal kandunganmu saja.

Jongdae meraih tanganmu dan mengecupnya sekilas, "maaf sayang."

Kamu menarik tanganmu dan menghela napas, "tidur disini aku temenin, tapi minum dulu terus siap-siap solat subuh."

Jongdae menatapmu tidak percaya, sedangkan kamu mengangguk dengan ekspresi datar.

Maka dia meminum air dari gelas yang dibawanya, begitu pula kamu yang meminum susu. Setelahnya, dia bergegas ber-wudhu dan menuju kamar kalian untuk mengambil sajadah.

🍀

Kamu memperhatikannya saat dia berdo'a. Kamu rindu melihat wajahnya, tidak bisa dipungkiri.

Jongdae menoleh kearahmu selesai berdo'a, dia tersenyum dengan wajah sayu nya. Pasti dia tidak tidur semalaman, pikirmu.

Setelah melipat sajadah, dia mendekat kearahmu dan ikut berbaring disebelahmu yang kini masih saja memperhatikan gerak-geriknya.

Jongdae tidur menyamping, menghadap kearahmu, kamu pun demikian. Tanganmu terulur untuk mengusap lingkaran matanya lalu turun ke pipinya.

"Kenapa gak tidur?"

Jongdae tersenyum, "tidur. Tapi cuma sebentar terus kebangun. Kangen meluk kamu tapi kamu masih marah, jadi aku gak bisa tidur. Harus peluk kamu dulu."

Kamu terdiam sesaat sebelum menarik Jongdae kedalam dekapanmu. Membiarkan suamimu memeluk erat pinggangmu dan menyembunyikan wajahnya di ceruk lehermu.

"Ya Allah, kangen banget aku meluk kamu kayak gini."

Kamu hanya diam dan mengusap surai gelap milik suamimu. Dia mengendusi lehermu sebelum mengecupnya lembut.

"Kangen..."

Kamu mempererat pelukan dan menghela napas, "mau tidur? Nanti aku bangunin jam 7 buat siap-siap kerja."

Jongdae menggeleng, "nggak. Mau dirumah aja sama kamu seharian. Kamu jangan kerja, istirahat. Kan capek."

"Kamu merhatiin aku atau cuma khawatir sama anak kamu?"

"Anak kita, sayang. Dia anak kamu juga."

"Hm."

Jongdae menghela napasnya sebelum kembali mengecupi lehermu lembut dan terlelap.

Sadar tidak ada pergerakan apapun dari suamimu selain helaan napasnya yang teratur, kamu sedikit menjauhkan tubuhmu namun lengan Jongdae menahan pergerakanmu.

"Jangan kemana-mana," ujarnya panik, "sebentar aja kayak gini. Aku cuma mau peluk kamu sebentar..." nadanya berubah serak seakan ingin menangis.

Kamu merasa tenggorokanmu sakit saat berusaha menahan tangismu, maka kamu mengangguk dan kembali mengusap kepala serta punggung Jongdae lembut hingga kamu ikut terlelap.

🍀

Ehe kugantung ehehehhe. Puasa gak bole sedih wkwk.

Husband Series - April 2018

-muffinpororo

[Husband Series] | Kim Jong DaeWhere stories live. Discover now