10. Juru Selamat

1.7K 346 40
                                    

"Kumohon selamatkan anak itu!"

"Letnan!"

Letnan Samsuri terenyak mendengarnya. "Apa? Ruang bawah tanah?" katanya tidak percaya.

Seluruh jajaran kepolisian telah dikirim ke Karang Sari untuk melakukan olah TKP, tetapi mereka sama sekali tidak menemukan petunjuk apapun di rumah tersebut. Apalagi ini ... ruang bawah tanah? Ini tidak mungkin. Gelengan kepala Letnan itu pun mewakili penyangkalannya. Namun, di sisi lain di dalam hatinya, Letnan Samsuri justru ingin percaya pada ucapan lawan bicaranya itu.

Bagaimana jika memang benar ada anak yang terkurung di sana?

Letnan Samsuri masih terpaku pada jalanan di depan saat HT yang biasa dia bawa ke mana-mana itu mati kemudian.

Letnan Samsuri mengernyit bingung. Padahal dia masih ingin diyakinkan hingga dia yakin seyakin-yakinnya—lebih daripada ini. Namun, sambungan dari sang pembawa informasi tak terduga itu sudah telanjur lenyap dari layar. Hanyalah sisa suaranya saja yang terus terngiang dalam kepala Letnan Samsuri.

Bukankah kemungkinan itu akan selalu ada?

Kali ini, Letnan Samsuri mengangguk, berusaha memantabkan hatinya. Seperti halnya peluang, sebuah kemungkinan juga pasti ada meski kecil pembuktiannya. Dia percaya pada prinsip tersebut. Selain itu, Letnan Samsuri pun sebenarnya masih meragukan jumlah anggota keluarga yang menghuni rumah tersebut. Dan, untuk membuktikan semua ini, setidaknya Letnan Samsuri harus kembali ke tempat itu.

Letnan Samsuri tentu tak ingin membuang kesempatan ini. Sebelum mereka bergerak terlalu jauh, sesegera mungkin Letnan Samsuri bersiasat memutar haluan. Tanpa perlu berpikir lagi, Letnan Samsuri pun menaikkan kecepatan hingga berada di atas rata-rata, menyalip mobil dinas tua yang membawa Ayis dan Kapten Mahler melaju konstan di depannya. Kemudian, ketika matanya melihat sebuah tugu penanda jalan di pertigaan, dengan perasaan was-was, Letnan Samsuri bersiap melakukan drifting. Mobil patrolinya berputar dengan cepat hingga gerakannya nyaris sulit direkam oleh mata. Debu mengepul yang diakibatkan oleh aksinya itu pun lantas membuat Ayis terpaksa menghentikan laju mobil yang dia kendarai. Pedal rem diinjaknya dalam-dalam

Di sebelah Ayis, Kapten Mahler menyumpah-nyumpah. "Apa-apaan ini!" Dia hampir terkena serangan jantung karena ulah bawahannya itu.

Tiga mobil patroli yang melaju di belakang mereka pun terpaksa ikut ngerem mendadak saat mobil patroli Samsuri meluncur keluar tanpa aba-aba—membelah debu yang bergulung-gulung akibat jalanan yang belum diaspal. Mereka nyaris saja bertabrakan kalau Samsuri tidak segera meliukkan laju mobil patrolinya. Aksi gila yang dilakukannya itu membuat jajaran kepolisian sampai terheran-heran.

"Mau kemana kau!" Suara Kapten Mahler masuk melalui radio rik seluruh mobil patroli.

Samsuri tahu pertanyaan itu ditujukan padanya. Dia menarik gagang alat komunikasi pada radio rik dengan susah payah. "Saya merasa harus memeriksa sesuatu, Kapten."

"Memeriksa apa maksudmu? Jangan main-main!"

Kapten Mahler melenguh hebat. Samsuri benar-benar sudah gila. Dia tidak menjelaskan apapun padanya. Tanpa menaruh rasa hormat, dia malah berkata ingin kembali ke TKP untuk buang air.

"Cepat putar balik! Susul dia!" perintah sang Kapten pada seluruh bawahannya.

Mobil patroli pun bergerak serentak sesuai instruksi, mengikuti jejak mobil patroli Letnan Samsuri yang kian lama kian menjauh dari pandangan.

__________

"Di TKP, terdapat sebuah ruang bawah tanah tersembunyi dan ada seorang anak kecil yang terkurung di dalamnya! Kumohon selamatkan anak itu, Letnan!"

SIGNAL: 86Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum