16. No Angels

1.9K 324 56
                                    

"Apa?" Dimas nyaris tidak bisa memercayai apa yang baru saja didengarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa?" Dimas nyaris tidak bisa memercayai apa yang baru saja didengarnya.

Dilihatnya Tamtama itu mengangguk, memberi isyarat padanya bahwa informasi yang dia berikan memang benar adanya; sesuai dengan perkataan pria tua yang membuat heboh seisi TKP.

"Bagaimana bisa informasinya bocor keluar? Apa ada di antara kalian yang jadi peliharaan wartawan?" desisnya jengkel, sembari menggulir manik mata kepada seluruh Tamtama.

Kerangka itu baru saja dikirim ke rumah sakit untuk segera dilakukan penelitian. Mereka bahkan belum merilis berita apapun soal kerangka itu, tetapi tahu-tahu sudah begini. Pria tua yang rambutnya hampir dipenuhi uban itu ngotot minta diperlihatkan barang buktinya, yakni; berupa pakaian, juga perhiasan yang terkubur bersama kerangka manusia tersebut saat ditemukan.
Pria tua itu terus saja mengoceh tentang sebuah kalung bermotif.

"Barang buktinya belum dirilis Tim Inafis, kan? Bagaimana bisa kakek itu tahu soal kalung tersebut?"

Seluruh Tamtama yang bertugas menjaga TKP hanya mampu terdiam. Dimas pun menyerah memikirkannya. Jelas sekali, ada orang dalam yang membocorkan informasi ini ke pihak luar. Masalah terus saja datang. Lama-lama tekanan darahnya bisa naik kalau begini.

"Ya, sudahlah. Bawa kakek itu ke Polres," titahnya yang langsung diangguki seluruh Tamtama.

_______________

Dimas menyandarkan punggungnya ke belakang. Di hadapannya, telah duduk seorang pria tua bernama Bachtiar. Sembari menyimak cerita masa lalu pria tua itu, Dimas mengusap-usap bagian bawah hidungnya yang tak gatal.

Rupanya Bapak Bachtiar dulunya adalah seorang tentara. Dia pernah jatuh hati pada seorang gadis bernama Santini. Berulang kali Bapak Bachtiar mendeskripsikan seperti apa wujud Santini semasa hidupnya. Tinggi, memiliki bulu mata yang lentik, kulitnya tidak begitu putih, serta rambut lurusnya yang hitam lumayan panjang. Baginya, tidak ada wanita lain secantik Santini di dunia ini.

"Santini ...." Dimas bergumam sembari terus mendengarkan kisah pria tua itu.

Katanya, hubungan mereka telah berjalan selama dua tahun lamanya. Sayang, kedua sejoli itu harus berpisah sebab keadaan memaksa Bapak Bachtiar ditugaskan ke luar daerah. Bapak Bachtiar mengaku belum berani meminang Santini lantaran waktu itu adalah tahun tersulit baginya. Jadi, Bapak Bachtiar pun terpaksa meninggalkan Santini di bawah jembatan. Pria tua itu memberinya sebuah kalung bermotif rasi bintang aries sebagai ganti tanda cintanya pada Santini. Kalung tersebut tidaklah terbuat dari emas, melainkan dari bahan titanium yang tahan karat, seakan menunjukkan betapa cintanya pada Santini tak akan pernah padam—bahkan sampai saat ini.

"Saya mencarinya kemana-mana. Tapi dia ... menghilang, Inspektur."

"Menghilang?"

"Menghilang seperti ditelan bumi," potong pria tua itu cepat. "Sekembalinya dari tugas, saya pikir saya bisa mengikat Santini."

SIGNAL: 86Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang