26. Curious

1.8K 296 41
                                    

"Putar! Putar! Suruh mereka putar balik!" teriak seorang perwira polisi di tengah hiruk-pikuk kendaraan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Putar! Putar! Suruh mereka putar balik!" teriak seorang perwira polisi di tengah hiruk-pikuk kendaraan.

Sudah hampir setengah jam berlalu sebenarnya, tetapi lalu lintas masih saja mandek begini. Bunyi klakson terdengar susul-menyusul dengan suara peluit milik para perwira polisi di tikungan. Seakan tengah mengadu senjata masing-masing, keduanya saling bersahutan, menciptakan suasana gaduh yang membuat telinga siapa saja sakit mendengarnya. Emosi pun jadi meningkat berkali-kali lipat. Jalanan yang nyaris dipenuh dengan lubang mengaga itu mendadak terasa sangat sempit, terlebih saat para polisi membuat jalur baru untuk pengguna jalan memutar arah.

Semua perwira yang bertugas di lapangan sampai kesal dibuatnya. Dari mulai mobil pribadi, truk berukuran kecil, mobil jenis bak terbuka, sampai kontainer besar yang body-nya seukuran raksasa, berebut memenuhi jalanan, nyaris tidak ada celah, tumpang-tindih dan tindak beraturan. Masih saja ada kendaraan yang ngotot melewati jalan ini, padahal papan pengumunan sudah dipasang besar-besar di mulut gang.

"Woi, apa kalian tidak baca pengumuman di depan tadi?! Jembatan di sini terputus!" teriak seorang perwira TNI yang juga ikut turun tangan melerai kemacetan. Pria kekar berseragam loreng itu nyaris bertengkar dengan sopir truk yang diteriakinya.

Merasa emosinya disulut, sopir truk tersebut pun buru-buru keluar dan membanting pintu keras-keras. "Aku memang tidak bisa membaca, lalu apa masalahmu?!"

Kedua orang itu kelihatannya siap beradu jotos, kalau saja si perwira TNI tidak segera dicegah oleh sang Atasan.

Kapten Darwis menonton semua drama yang tersaji di hadapannya sambil berkacak pinggang, kemudian kepalanya bergerak gelisah, membandingkan tingkah para anggota TNI tersebut dengan anak buahnya yang malah sibuk mengeluhkan bau asap dari truk-truk yang tertinggal. Seolah apa yang mereka cium baunya lebih buruk dari bangkai manusia, salah seorang dari anak buahnya bahkan sampai termuntah-muntah di atas rerumputan.

"Akh, bau apa ini sebenarnya?" keluh Denisar sebal. Dia menutup hidungnya dengan jepitan jemuran yang entah didapatnya dari mana.

Sementara Guntur sudah meludah ke tanah bolak-balik. Nasi bungkus yang dimakannya pagi tadi rasanya sudah sampai ke pangkal tenggorokan, tetapi hanya udara kosong yang dia dapatkan saat suara 'uwek' keluar dari mulutnya. "Tahi sialan!" makinya, tepat saat Letnan Samsuri keluar dari semak-semak usai menuntaskan hasratnya membuang hajat.

"Apa katamu?!" Lantaran merasa dirinya dikata-katai, Letnan Samsuri pun buru-buru menyerbu ke arah Guntur. Tangannya yang jahil membekap hidung pria itu sampai-sampai dia kesulitan meraup udara bersih.

"Samsuri, berhentilah melakukan hal tidak senonoh begini!" teriak Guntur sembari menolak tubuh Letnan itu menjauh.

Seakan tidak peduli, Letnan Samsuri semakin mengetatkan pitingannya di leher Guntur, "Rasakan jurus pamungkasku!" kelakarnya sembari tertawa keras.

SIGNAL: 86Where stories live. Discover now