19. Graveyard (?)

2K 297 44
                                    

Hari ketiga pasca ditemukannya kerangka milik Santini, Olah TKP akhirnya kembali dilanjutkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ketiga pasca ditemukannya kerangka milik Santini, Olah TKP akhirnya kembali dilanjutkan.

Penyisiran di area halaman rumah reyot itu rasa-rasanya haruslah diperluas ke semua titik.

Kapten Depari memiliki sebuah firasat tidak menyenangkan yang memaksanya mengambil keputusan tersebut. Dia sudah memikirkan matang-matang tentang hal ini begitu laporan dari seorang perwira lapangan yang ikut melakukan olah TKP sampai ke telinganya. Perwira tersebut sebelumnya menjelaskan, saat dia hendak melakukan pengecekan di area belakang rumah reyot tersebut, dia mendapati ada sebuah keanehan di sana. Matanya menangkap lubang galian, yang jika dilihat sekilas memang tidak terlalu dalam. Namun, begitu perwira itu mendekat, dia justru mendapati jantungnya nyaris melompat keluar. Pasalnya, benda panjang yang menyembul dari dalam lubang galian tersebut, yang semula dia kira mirip ranting itu, ternyata adalah kerangka ruas jari manusia yang mencuat di balik kain hitam. Perwira itu lantas lari tunggang langgang ke depan untuk melapor pada anggota Tim Inafis yang bertugas.

HS Land and Building bersedia meminjami tenaga untuk membantu proses olah TKP yang dilakukan, dengan menurunkan sejumlah alat berat juga truk guna mengangkut sampah untuk dipilah kemudian dipindahkan ke TPA.

Agus Sinar dan Kapten Depari bertemu secara langsung pagi itu. Kedua pria yang jarak usianya tidak begitu jauh itu tampak sedang berbincang serius. Beberapa kali Agus Sinar menanyakan langkah apa yang akan diambil pihak kepolisian untuk menyelidiki kematian Santini alias Joseph Judith. Kapten Depari tentu saja merasa enggan untuk menjawab, sebab ini menyangkut rahasia penyelidikan. Selain itu, dia juga tahu bahwa dulunya Agus Sinar adalah mantan jurnalis. Membawa pria itu masuk ke dalam ladang ini saja sudah cukup berisiko. Semua ini di luar perkiraannya, Agus Sinar terpaksa ikut terlibat, sebab tanah ini secara sah sudah berpindah ke tangannya.

"Terima kasih karena Anda sudah menjaga Dimas dengan baik," ucap Agus Sinar tulus.

Kapten Depari mengulum senyumnya. "Anak itu sangat sulit diatur. Makan apa dia sebenarnya."

Seketika tawa Agus Sinar pun pecah. "Saya sangat setuju. Dia memang anak yang merepotkan."

Setelah dirasa cukup berbasa-basi, Kapten Depari lantas menanyakan alasan pria itu membeli tanah ini dengan harga yang cukup fantastis.

Agus Sinar kemudian bercerita sembari menunjuk area barat nun jauh di sana, yang merupakan lahan kosong yang banyak diselimuti tanah merah. "Proyek pembangunan rumah dengan konsep seribu kanal. Lokasinya cukup strategis. Tim saya sudah memikirkannya matang-matang. Pengerjaan susunan kanal masih dalam tahap penggalian. Rancang bangun sudah selesai dikerjakan, sayang sekali masalah kerangka ini justru menghambat kinerja kami."

Kapten Depari memicing. "Lahan di seberang sana memang lokasi yang cukup bagus untuk dijadikan hunian, dekat dengan wilayah perairan di mana air bisa di-supply langsung dari sana. Lalu kenapa Anda juga membeli tanah ini? Bukankah lokasinya cukup jauh dan juga terpisah jalan besar?"

SIGNAL: 86Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang