#3 : TSALATSATUN

17.4K 726 13
                                    

#3

..Wa ufawwidhu amriii ilalloh..

"..Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah.."

(QS. Ghafir 40: Ayat 44)

TSALATSATUN :

"Wahai Dzat yang jiwaku berada di tangan-Mu, hanya kepada Engkau aku menyerahkan diri dan urusanku."

KEKASIH UNTIL JANNAH.

3. Lunturnya Harapan

Shafiyah baru saja turun dari bus saat jam di pergelangan tangannya menunjukkan pukul lima sore tepat. Shafiyah mengambil langkah sembari mengucapkan kalimat istigfar dalam hati, matanya menatap kiri dan kanan yang terdapat pemandangan sawah-sawah hijau serta pohon yang menjulang tinggi nan lebat membuat kampung ini terlihat menyejukkan. Jarak rumahnya tidak jauh dari jalan raya sehingga Shafiyah tidak perlu repot-repot untuk naik ojeg ataupun angkot. Cukup berjalan kaki saja. Kedua bola mata Shafiyah masih mengedarkan pandangannya sambil menghirup udara Sumedang dalam-dalam. Rasanya, pemandangan seperti ini sudah lama tidak ia temukan.

Selepas shalat dzuhur tadi Shafiyah bergegas pergi ke halte untuk pulang ke Sumedang. Setelah tadi malam mendengar suatu berita mencengangkan membuat Shafiyah kelimpungan seperti orang tersesat yang membutuhkan arah jalan keluar. Hatinya bimbang dan pikirannya gelisah. Maka, Shafiyah memutuskan pulang hari ini untuk mendiskusikan keputusan yang akan ia ambil bersama Abah dan Ibunya. Sebelumnya Shafiyah sudah memberitahu kedua orangtuanya bahwa hari ini Shafiyah akan pulang karena tidak mungkin jika Shafiyah melangkahkan kaki jauh tanpa seizin dari mereka.

"Assalamualaikum Shafiyah," sapa seseorang sangat dekat.

Shafiyah menoleh, kedua matanya mendapati sosok Kang Rifki sedang berdiri sambil memegang anak kecil yang usianya sekitar empat tahunan. Shafiyah tersenyum tipis. "Waalaikumsalam Kang."

"Shafiyah teh baru pulang? Mau jalan ke rumah? Kita bareng aja nya,"

Gadis itu tidak bisa apa-apa selain mengangguk. "Iya Kang,"

Mereka berjalan beriringan sambil bercengkrama singkat, bertukar kabar seperti teman yang lainnya. "Gimana di Jakarta? Kamu teh sehat-sehat kan disana?" Selain ganteng dan baik, Kang Rifki juga ramah. Usianya terpaut dua tahun dengan Shafiyah.

"Alhamdulillah baik Kang." jawab Shafiyah.

Suana kembali hening. Entah kenapa tiap kali Shafiyah bertemu ataupun berbincang dengan Kang Rifki selalu kaku dan malu, selalu ingin cepat-cepat menghilang dari hadapan Kang Rifki.

"Udah lama kita teh nggak ketemu, nya? Terakhir ketemu teh di hari lebaran tahun kemarin kan?"

Sekarang mereka sudah besar, sudah mempunyai kesibukan masing-masing yang membuat mereka tidak bisa lama-lama di kampung halamannya. Mereka hanya bertemu dan mengobrol sebentar di saat hari raya Idul Fitri. Satu kali dalam satu tahun.

"Iya Kang,"

Kang Rifki terkekeh pelan. "Kamu teh tiap tahun makin pangling aja,"

Shafiyah diam. Bingung harus merespons apa.

Mereka adalah teman bermain sejak kecil. Bukan hanya mereka berdua, tapi ada teman-teman yang lain. Zaman Shafiyah kecil, satu kampung itu bermain bersama-sama, saling mengajak dari satu rumah ke rumah lainnya sampai terkumpul semua. Setelah kumpul, mereka biasanya bermain di lapangan, entah itu main petak umpet, polisi-polisian, masak-masakan yang bahan-bahannya dari dedaunan dan juga tanah, atau pergi ke sungai bersama-sama, dan masih banyak yang lainnya.

Kekasih Until JannahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang