#49 : TIS'ATUN WA 'ARBA'UUNA

7.3K 447 13
                                    

#49

Infiruu khifaafaw wa siqoolaw wa jaahiduu bi'amwaalikum wa anfusikum fii sabiilillaah, zaalikum khoirul lakum ing kuntum ta'lamuun.

"Berangkatlah kamu baik dengan rasa ringan maupun dengan rasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan jiwamu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui."

(QS. At-Taubah 9: Ayat 41)

TIS'ATUN WA 'ARBA'UUNA:

Menilai manusia itu butuh waktu lama agar dapat menilai dengan tepat.

KEKASIH UNTIL JANNAH.

49. Kesempatan Waktu.

"Hallo."

Rifki menunjukkan senyum simpulnya. Senyuman yang seakan tidak pernah berbuat dosa kepada mereka. "Pantes aja ya saya hubungin kamu tapi enggak pernah diangkat. Ternyata kamu lagi sama mereka."

Ibu Denis sepertinya tidak tahu hal yang terjadi diantara mereka. Terbukti saat Ibu Denis tersenyum saat Rifki datang, lalu membisikkan sebuah kalimat, "Dia Nak Rifki, bosnya Denis," kepada Shafiyah. Mungkin karena tidak mau ada kegaduhan di sini, Denis mengajak Rifki ke luar dari ruangan.

"Nak Rifki itu baik, Nak Shafiyah.. Dia suka jenguk Ibu, kirim Ibu makanan, bahkan Ibu sering dibantu sama Nak Rifki, termasuk biaya rumah sakit ini," curhat Ibu Denis kepada Shafiyah dan Shita dengan begitu polos, seakan-akan Rifki memang baik dimatanya. Berbeda di mata Shafiyah. Dulu Shafiyah mempunyai penilaian yang sama tentang Rifki, namun setelah kejadian yang membuat rumah tangganya berantakan, penilaiannya berubah.

Shafiyah tahu bahwa sejatinya manusia itu tidak selalu baik dan tidak pula selalu jahat. Masing-masing manusia mempunyai sisi baik dan sisi jahat, hanya saja, diantara sisi itu ada yang dominan di jiwa manusia. Ketika seseorang berdominan sisi baik, maka manusia dicap baik. Begitupun dengan sebaliknya. Tapi, Shafiyah tidak menyangka sisi jahat Rifki bisa seperti itu.

Mumpung Allah memberikan kesempatan bertemu dengan Rifki, Shafiyah ikut ke luar menumui Rifki. Tujuannya hanya ingin mengeluarkan unek-uneknya atas luapan kekecewaan terhadap Rifki yang selama ini sudah Shafiyah anggap sebagai teman sejak kecil.

"Shafiyah?" seru Rifki ketika Shafiyah baru saja menutup pintu ruangan.

"Shafiyah udah tahu semuanya, Kang. Akang nyuruh Mas Denis buat ngancurin rumah tangga Shafiyah, kan? Kenapa, Kang? Kenapa Akang ngelakuin hal itu yang justru ngebuat Shafiyah terluka karena Shafiyah sampai pisah rumah dengan suami Shafiyah?" mata Shafiyah mulai memanas.

"Karena Akang cinta sama Shafiyah." Rifki menjawabnya dengan tegas. "Akang sayang sama Shafiyah, Akang pengen Shafiyah jadi istri Akang, bukan jadi istri orang lain, Shafiyah."

"Kang, Shafiyah udah punya suami dan Shafiyah sayang sama suami Shafiyah."

"Tapi Akang cinta Shafiyah."

"Bukan cinta, itu obsesi." Rafardhan tiba-tiba ke luar, berdiri disamping Shafiyah.

"Saya enggak ada urusan sama kamu."

"Kamu bilang nggak punya urusan? Kamu sudah menyentil kehidupan saya, Rifki."

Rifki menghembuskan napas dalam, matanya lantas menatap Shafiyah. Sama sekali tidak mau menggubris perkataan Rafardhan, seolah Rafardhan adalah makhluk tak kasat mata dimatanya.

"Apa Shafiyah enggak percaya kalau Akang suka sama kamu?" Shafiyah cukup tersentak dengan nada tinggi yang Rifki lontarkan. Shafiyah diam, tidak menjawab. Dalam diamnya pikiran Shafiyah terpenuhi dengan pernyataan-pernyataan ke-tidak mungkinan.

Kekasih Until JannahWhere stories live. Discover now