#58 : TSAMAANIYATUN WA KHAMSUUNA

6.1K 364 38
                                    

#58

Tilka aayaatullohi natluuhaa 'alaika bil-haqq, wa innaka laminal-mursaliin.

"Itulah ayat-ayat Allah, Kami bacakan kepadamu dengan benar dan engkau (Muhammad) adalah benar-benar seorang rasul."

(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 252)

TSAMAANIYATUN WA KHAMSUUNA:

Dia bilang, di bumi ini tidak ada yang namanya berbohong demi kebaikan. Tapi, aku percaya kalimat itu ada.

KEKASIH UNTIL JANNAH.

58. Pulang Untuk Pergi.

Urusan di gudang selesai. Selanjutnya, yang akan Shafiyah lakukan adalah mengantar Ilham ke toko buku. Dikarenakan jalanan macet, maka Shafiyah memutuskan untuk berjalan kaki ke dekat lampu merah sehingga nanti Pak Supri tidak harus ke gudang, lalu putar balik lagi. Memakan waktu. Sambil melangkah, Shafiyah menggandeng tangan Ilham. Memberi senyuman kepada orang dan memberikan sebagian rezekinya kepada orang yang membutuhkan.

Sewaktu Shafiyah memberikan uangnya kepada orang memang membutuhkan, Ilham terlihat kebingungan. Benar saja. Setelah mereka masuk ke dalam mobil, Ilham bertanya, "Umi, kenapa Umi ngasih uang Umi ke orang lain?"

"Itu namanya berbagi, Nak," jawab Shafiyah dengan senyum simpulnya.

"Tapi kan itu uang Umi. Kalau nanti Umi gak punya uang gimana?"

Shafiyah lagi-lagi dibuat tersenyum oleh tingkah anak pertamanya itu. "Gini deh, biar Ilham ngerti," Selalu menjadi kebiasaan Shafiyah untuk menganalogikan sesuatu sebagai contoh agar anaknya itu faham.

"Uang itu kita ibaratin bibit. Ilham tau bibit, kan?" Ilham terdiam, mungkin sedang mengingat-ngingat. "Itu loh, Nak. Yang waktu itu Ilham sempet nanem di tanah sama Abi di taman belakang," Shafiyah berusaha mengingatkan.

"Yang itu, Umi, yang Ilham tanem sama Abi? Yang sekarang udah jadi poon?"

"Pohon, Nak, bukan poon." Shafiyah meralatnya. Dulu, saat Ilham berumur dua tahun, Rafardhan mengajak Ilham untuk menanam bibit jeruk di taman belakang. Mereka secara bersama-sama menanam bibit itu sampai merawatnya pun sama-sama.

"Nah, kita ibaratin uang itu bibit, Nak. Dan orang yang nerima uang kita itu, tanahnya. Jadi, kalau Ilham lihat Umi atau Abi ngasih uang ke orang lain, itu sebenarnya Umi sama Abi lagi tanam bibit supaya nantinya jadi pohon, Nak."

"Nanti pohonnya tumbuh, Umi?"

"Iya, Nak. Tapi bedanya, pohonnya itu tumbuh di surga. Jadi nanti, kita tinggal metik hasilnya aja. Semakin kita banyak tanam bibit, berarti kita semakin....?"

"Punya banyak pohon..."

"Kalau kita punya banyak pohon, artinya kita...?"

"Kaya?"

"Berkecukupan, Nak. Nanti juga Ilham harus sering tanam bibit nya, ya? Entah itu mau sama temen Ilham, saudara-saudara Ilham, bahkan sama orang lain sekalipun."

"Tapi kan Ilham gak punya uang, Umi.."

"Kan sedekah enggak harus sama uang, Nak. Bisa juga sama makanan, mainan, pakaian atau sama apapun yang bisa dipakai sama orang."

"Nanti Ilham punya pohon sendiri?"

"Punya dong, ganteng. Pohon Ilham nanti ada di sisi Allah."

Percakapan mereka terpotong karena satu panggilan masuk dari ponsel Shafiyah. Begitu layarnya menyala dengan menunjukkan sebuah nama, Shafiyah tersenyum lebar.

Kekasih Until JannahWhere stories live. Discover now