#19 : TIS'ATUN 'ASYARA

10.6K 520 12
                                    

#19

Innamaa haazihil-hayaatud-dun-yaa mataa'uw wa innal-aakhirota hiya daarul-qoroor.

"Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal."

(QS. Ghafir 40: Ayat 39)

TIS'ATUN 'ASYARA:

Dia imamku. Imam yang membawaku berjalan lebih mendekat kepada Allah swt.

KEKASIH UNTIL JANNAH.

19. Cintaku Karena Allah swt.

Deburan angin malam yang menyejukkan sepertinya membuat Shafiyah merasa tenang setelah kejadian hebat beberapa jam yang lalu. Rafardhan menikmati wajahnya yang sedang melamun, menatap kosong ke kolam renang di atas ayunan rotan, tangan putihnya itu memeluk kedua lututnya, dia menyimpan dagunya di atas lutut. Matanya yang bengkak, hidungnya yang meninggalkan warna merah serta bibir yang ditekuk cemberut. Dia tampak sekali masih bersedih.

Menghela napas perlahan, Rafardhan tahu jika istrinya itu masih gusar karena kejadian tadi. Tidak peduli dengan perkataannya yang membuat hati Mbak Ririn dan Lysa terluka, yang Rafardhan pedulikan adalah hati sang istri, bagaimana membuatnya merasa tenang sekaligus senang bahwa dirinya hanya akan menjadi milik dia seutuhnya.

Seolah tidak rela melihat Shafiyah murung seperti itu, Rafardhan mendekatinya, mencoba sebisa mungkin untuk menenangkan Shafiyah bahwa hubungan mereka akan baik-baik saja. Demi Allah, pertama kali Rafardhan berniat untuk menikahinya, Rafardhan berjanji untuk menjaganya sepenuh hati dan menjadikan dia seperti ratu setiap hari. Tahu ratu, kan? Ratu itu cuman satu orang.

"Princess-ku ini kenapa, sih? Ngelamun, ya?" Dia seperti terkejut atas kehadirannya yang secara mendadak sudah berada tepat disampingnya.

"Enggak.. Siapa yang ngelamun? Mas aja yang sok tahu," alibinya sambil melepaskan pelukan lutut dan menurunkan kedua kaki jenjangnya itu hingga menggantung di udara.

Rafardhan membungkuk, mensejajarkan wajahnya dengan wajah Shafiyah. "Cie, cemburu ya? Takut ya kalau aku nikah lagi?" kata Rafardhan dengan kekehan kecil di ujung kalimatnya.

"Apa masih perlu di jawab?"

Seketika Rafardhan tersenyum mengembang. "Aku seneng kamu cemburu,"

"Cemburu itu nggak enak."

"Iya lah. Yang enak itu kan hidup bareng aku. Mau nyoba?"

Dia menoleh dengan senyuman tipisnya. "Kan.. udah?"

"Oh udah ya? Hahaha.."

Dengan kalimat itu Allah menggerakkan bibir istrinya untuk tersenyum lagi, membiarkan rasa sedih itu buyar dan terapung bebas ke udara. Tidak ada yang lebih membahagiakan ketika Rafardhan melihat tawa sang istri dan Bunda.

"Aku mau nanya, boleh?"

"Nanya apa?" Rafardhan duduk di teras, ikut menikmati aroma dingin malam yang menyejukkan.

"Kalau misalkan ada perempuan yang minta Mas nikahi dia lagi gimana? Tapi.. Perempuan itu cantiiiiiiik bangeeeet, terus ke-ibuan, pinter masak, pinter ngurus rumah, pinter ngurus suami juga. Mas bakalan mau?"

Rafardhan kaget bukan main mendengar pertanyaan seperti itu. Bagaimana bisa seorang Parisya Shafiyah bisa berfikiran ke sana? Bahkan, setelah menemukannya, Rafardhan tidak mencari perempuan yang lain. Rafardhan tahu Shafiyah tidak sempurna, banyak kekurangannya, tapi apa itu lantas menjadi alasan untuk Rafardhan pergi meninggalkannya? Wallahi bukan. Rafardhan mencintai Shafiyah karena Allah. Rafardhan menerima semua kekurangan yang ada di dalam diri sang istri sepenuhnya.

Kekasih Until JannahWhere stories live. Discover now